asuHan kePeraWatan eMpiema

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap fibropurulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai cavitas pleural. Meskipun empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, empiema dapat terjadi jika pengobatan terlambat.

B. ETIOLOGI

Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paru-paru, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas. Biasanya, empiema tidak menyebabkan kerusakan yang permanent pada system pernapasan.

C. PATOFISIOLOGI

Empiema telah menjadi penyebab dari beberapa kasus penyakit, tapi ini akan berkomplikasi dan dominant komplikasi dari pneumonia. Perkembangan empiema dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian; sebuah fase akut yang mengisi rongga tubuh dengan seseuatu cairan yang mengandung nanah ; fase yang kedua, pada rongga tersebut cairannya akan mengental dan berserat, koagulasi protein (fibrin) mulai bersatu dengan rongga; dan fase yang ketiga atau tingkat kronik dimana paru-paru atau organ lain terbungkus tipis dengan benda yang berserat.

D. MANIFESTASI KLINIS

Pasien mengalami penurunan berat badan. Selain itu, pasien juga mengalami demam, berkeringat malam, Dispnea, Anoreksia, dan Nyeri pleural. Auskultasi dada memperlihatkan tidak terdengarnya bunyi napas dan terdapat bunyi datar saat perkusi dada, juga penurunan fremitus (fibrasi fokal terdeteksi saat palpasi). Jika pasien telah mendapatkan terapi anti mikroba, manifestasi klinis dapat berubah. Diagnosis ditegakkan dengan dasar hasil rontgen dada dan torasentesis.

E. KOMPLIKASI

Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui roentgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk mengatasi kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan dan difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal. Perawat juga memberikan asuhan spesifik terhadap metode drainase cairan pleura seperti aspirasi jarum, drainase dada tertutup, atau seksi iga dan drainase.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan kesehatan mungkin mencatat penemuan yang abnormal, seperti penurunan suara pernapasan atau suara pergesekan pernapasan (friction rub), ketika didengarkan atau di auskultasi dada menggunakan stetoskop.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah untuk mengalirkan cairan dalam kapasitass pleura dan untuk mencapai ekspansi paru sempurna. Cairan dialirkan dan diresepkan antibiotic yang sesuai berdasarkan pada organisme penyebab. Antibiotic pada dosis yang besar biasanya diberikan. Streptokinase dapat juga dimasukkan ke dalam ruang untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilakukan dengan :

o Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika cairan tidak terlalu banyak.

o Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter besar yang disambungkan ke drainase water seal.

o Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang mengalami penebalan, pus, dan debris. Serta untuk mengangkat jaringan paru yang sakit di bawahnya.

Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :

1. Fase I (Fase Eksudat)

Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.

2. Fase II (Fase Fibropurulen)

Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan.

Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi dan/atau dekortikasi.

3. Fase III (Fase Organisasi)

Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum (muscle plombage atau omental plombage).

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMPIEMA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

1. Riwayat atau adanya faktor resiko

Ø PPOM

Ø Perokok berat

Ø Imobilisasi fisik lama

Ø Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus.

Ø Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).

Ø Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)

Ø Menghirup atau aspirasi zat iritan

Ø Terpapar polusi udara terus menerus

Ø Terpasang selang intrakostal.

Ø Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).

2. Pemeriksaan Fisik

Ø Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).

Ø Nyeri dada pleuritik

Ø Takipnea dan takikardi

Ø mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.

Ø Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri

Ø Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia

Ø Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif.

Ø Bronkoskopi

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup yang berikut ini:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum, obesitas.

2. Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh.

3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.

4. Nyeri pleuritik b.d empiema.

5. Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.

7. Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.

8. Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DP.1 :

Ketidakefektifan bersihan Jalan Napas b.d peningkatan produksi sputum, obesitas.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif:

Dispnea

  • Objektif :

Bunyi napas tambahan.

Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.

Batuk tidak ada atau tidak efektif.

Sianosis.

Kesulitan untuk bersuara.

Penurunan bunyi napas.

Ortopnea.

Kegelisahan.

Sputum.

Mata terbelalak.

Hasil pasien yang disarankan :

Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.

Perilaku mengontrol gejala : tindakan seseorang untuk memminimalkan perubahan sampingan yang didapatkan pada fungsi fisik dan emosi.

Perilaku perawatan : penyakit atau cedera : tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan patologi.

Tujuan :

  • Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.
  • Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
  • Mendemonstrasikan batuk efektif.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

no.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.

1.

Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

2.

Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi.

Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi

3.

Penghisapan sesuai dengan indikasi

Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

4.

Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.

Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

5.

Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol

Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.

Kolaborasi

6.

Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium

Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain

DP.2 :

Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh.

BATASAN KARAKTERISTIK :

§ Subjektif :

Dispnea.

Napas pendek.

§ Objektif :

Perubahan gerakan dada.

Mengambil posisi tiga titik.

Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.

Penurunan ventilasi semenit.

Penurunan kapasitas vital.

Napas dalam.

Peningkatan diameter anterior-posterior.

Napas cupping hidung.

Ortopnea.

Fase ekspirasi yang lama.

Pernapasan purset-lip.

Kecepatan respirasi.

Rasio waktu.

Penggunaan otot Bantu untuk bernapas.

Hasil pasien yang disarankan :

Status respirasi :Ventilasi : pergerakan udara ke dalam dan keluar dari paru-paru

Status tanda vital : suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam rentang yang diharapkan dari individu.

Tujuan :

v Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital

v Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator gangguan sebagai berikut :

· Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.

· Ekspansi dada simetris.

· Tidak adanya penggunaan otot bantu.

· Bunyi napas tambahan tidak ada.

· Napas pendek tidak ada.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

1.

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara.

Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit

2.

Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan

Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret.

3.

Palpasi fremitus

Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

4.

Anjurkan klien untuk tidak memikirkan hal-hal yang menyebabkan ansietas

Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas.

5.

Pertimbangkan penggunaan kantung kertas saat ekspirasi latih individu bernapas perlahan dan efektif

Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasi

Kolaborasi

6.

Pemberian oksigen dari dokter

Agar pernapasan dapat berjalan dengan baik

7.

Jaga posisi pasien agar tetap semifowler

Posisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif

DP.3 :

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Dispnea

Sakit kepala pada saat bangun

Gangguan penglihatan.

  • Objektif :

Gas darah arteri yang tidak normal

Gelisah

Cuping hidung mengembang.

Warna kulit tidak normal.

Hasil Pasien yang disarankan :

Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.

Tujuan :

  • Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
  • Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.
  • Mencapai fungsi paru yang maksimal.
  • Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

1.

Pantau perubahan tanda vital.

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

2.

Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa hari sekali

Meningkatkan kemampuan ekspansi paru. Jika klien dalam posisi duduk, kemampuan ekspansi paru akan meningkat.

3.

Bantu reposisi, setiap jam jika mungkin

Membantu drainase postural, mencega depresi jaringan paru atau dada untuk pernapasan.

4.

Dorong klien untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk terkontrol 5 kali setiap jam

Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen kedalam paru dan sistem peredaran darah.

DP. 4 :

Nyeri pleuritik b.d empiema.

BATASAN KARAKTERISTIK :

· Subyektif

Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.

· Obyektif

Gerakan menghindari nyeri.

Posisi menghindari nyeri.

Perubahan autonomik dari tonus otot.

Perubahan nafsu makan dan makan.

Perilaku menjaga atau melindungi.

Hasil pasien yang disarankan :

Tingkat kenyamanan : perasaaan senang secara fisik dan psikologis.

Perilaku mengendalikan nyeri : tindakan seseorang untuk mengendalikan nyeri.

Nyeri : efek merusak : efek merusak dari nyeri terhadap emosi dan perilaku yang diamati atau dilaporkan.

Tingkat nyeri : jumlah nyeri yang dilaporkan atau di tunjukkan.

Tujuan :

Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut :

· Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.

· Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.

· Penurunan konsentrasi.

· Terganggunya tidur.

· Penurunan nafsu makan.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

1

2

3

4

5.

6.

Mandiri :

Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.

Pantau :

- Suhu setiap 4 jam

- Hasil pemeriksaan SDP

- Hasil kultur sputum

Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman

Kolaborasi :

Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya.

Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.

Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditis.

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.

Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif.

Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.

Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan.

DP. 5 :

Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Mual

  • Objektif :

Kulit memerah

Frekuensi napas meningkat

Takikardi

Hasil pasien yang disarankan :

Suhu tubuh dalam batas normal.

Tujuan :

  • Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
  • Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
  • Perubahan warna kulit tidak ada.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

2.

Mandiri:

Pantau suhu minimal 2 jam sekali.

Pantau:

· tekanan darah, nadi, pernapasan.

· aktifitas kejang, warna kulit

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

3.

4.

Kolaborasi :

Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin.

Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.

Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).

DP. 6 :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.

Kram abdomen.

  • Objektif :

Tidak tertarik untuk makan.

Diare.

Bising usus hiperaktif.

Konjungtiva dan membran mukosa pucat.

Tonus otot buruk.

Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.

Mengeluh gangguan sensasi pengecap

Hasil pasien yang disarankan :

Status gizi : tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Status gizi : Asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.

Status gizi : Nilai gizi : keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.

Tujuan :

  • Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
  • Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

No.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

1.

Pantau :

· persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.

· timbang BB setiap hari

· Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.

2.

Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.

Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.

3.

Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.

Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.

Kolaborasi

4.

Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.

Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.

DP.7 :

Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Cemas,takut.

Mual.

Insomnia.

· Objektif :

Penurunan nadi.

Mulut kering.

Muka merah.

Peningkatan tekanan darah.

Berkeringat.

Hasil pasien yang disarankan :

Kontrol agresi : kemamapuan untuk menahan perilaku kekerasan, kekacauan, atau perilaku destruktif pada orang lain.

Kontrol ansietas : kemampuan untuk mneghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat diidentifikasi.

Koping : tindakan untuk mengatasi stressor yang membebani sumner-sumber individu.

Kontrol impuls : kemampuan untuk menahan diri dari perilaku kompulsif atau impulsif.

Penahanan mutilasi diri : kemampuan untuk berhenti dari tindakan yang mengakibatkan cedera diri sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan.

Ketrampilan interaksi sosial : pengguanaan diri untuk melakukan interaksi yang efektif.

Tujuan :

§ Menungkapkan perasaan ansietas

§ Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO.

Intervensi

Rasional

1.

Jelaskan tujuan tarapi pada klien

Mengorientasikan program trapi, membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol

2.

Ajarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispnea

Pengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang dapat ditoleransi

3.

Ajarkan klien melakukan latihan napas

Latihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan posterior paru atau latihan area iga lateral bawah

4.

Ajarkan dan evaluasi teknik drainase postural

Memfasilitasi pengeluaran sekret

5.

Jelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resiko

Mencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh gangguan napas

6.

Anjurkan klien untuk melaporkan gejala penting dengan segera

Mencegah komplikasi yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal oleh klien

7.

Ajarkan atau opserfasi penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur

Mencega penggunaan inhaler melebihi dosis

DP. 8 :

Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.

BATASAN KARAKTERISTIK :

· Subjektif

Riwayat intoleransi sebelumnya

Tidak berpengalaman terhadap aktifitas

· Objektif

Keadaan penurunan kondisi

Adanya masalah sirkulasi atsu respirasi

Hasil pasien yang disarankan :

Keefektifan pompa jantung : tingkat pemompaan darah dari ventrikel kiri permenit untuk mendukung tekanan perfusi sistemik.

Status sirkuasi : tingkat pengaliran darah tidak terhambat, secara satu arah, dan pada tekanan yang sesuai melaui vena-vena besar dari aliran sistemik dan pulmonal.

Koping : aktifitas untuk mengatur stresor yang membutuhkan sumber individual.

Penghematan Energi : tingkat pengolahan energi secara aktif untuk memulai dan mempertahankan aktifitas.

Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.

Tujuan :

§ Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif.

§ Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara realistis.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

no.

Intervensi

Rasional

1.

Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.

Merokok, suhu ekstrim dan stres dan menyebabkan fasikonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung

2.

Ajarkan program hemat energi

Mencegah penggunanan energi yang berlebihan

3.

Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap

Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik yang memungkinkan peningkatan otot batu pernapasan

4.

Ajarkan teknik nafas efektif

Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi

5.

Pertahankan terapi oksigen tambahan

Mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah

6.

Kaji respon abnormal setelah aktifitas

Respon abnormal meliputi nadi, tekanan darah gan pernapasan yang meningkat

7.

Beri waktu istirahat yang cukup

Meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan

BAB III

KESIMPULAN

Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap fibropurulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane eksudatif yang tebal.

Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paru-paru, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas.

Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk mengatasi kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan dan difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal.

0 komentar:

By :
Free Blog Templates