asuhan keperawatan kolostomi

BAB I

KONSEP DASAR

1. Pengertian

Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).

Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).

Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal.

Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.

2. Jenis-jenis Kolostomi

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

* Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).

* Kolostomi temporer/ sementara

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.

Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

3. Indikasi

Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon:

* Trauma kolon dan sigmoid

* Diversi pada anus malformasi

* Diversi pada penyakit Hirschsprung

* Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal

4. Komplikasi

* Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.

Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:

* Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.

* Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.

* Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.

* lritasi Kulit

Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.

* Diare

Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya normal.

* Stenosis Stoma

Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal feses.

* Eviserasi

Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui celah.

* Obstruksi/ penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

* Infeksi

Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

* Retraksi stoma/ mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

* Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

* Stenosis

Penyempitan dari lumen stoma.

* Perdarahan stoma

* Hernia Paracolostomy

* Pendarahan Stoma

* lnfeksi luka operasi

* Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna

* Sepsis dan kematian

Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

5. Ruang Lingkup

Lesi/ kelainan sepanjang kolon sampai ke rektum. Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan lebih lanjut diperlukan beberapa disiplin ilmu yang terkait: patologi anatomi dan radiologi.

6. Kontra indikasi

Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.

7. Diagnosis Banding

* Karsinoma kolon dan rektum

* Inflamatory bawel disease

* Infeksi granulamator kolon dan rektum: TBC, amubana

8. Pemeriksaan Penunjang

* Foto polos abdomen 3 posisi

* Colon inloop

* Colonoscopy

* USG abdomen

9. Pendidikan pada Pasien/ Keluarga

Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.

Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien/ keluarga adalah:

* Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar.

* Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma.

* Waktu penggantian kantong kolostomi.

* Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien.

* Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan.

* Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien.

* Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi.

* Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

* Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika pasien sudah dirawat dirumah).

* Berobat/ control ke dokter secara teratur.

* Makanan yang tinggi serat.

10. Teknik Operasi

Secara singkat teknik operasi kolostomi dapat dijelaskan sebagai berikut. Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi tranversal setinggi pertengahan antara arcus costa dan umbilikus kanan maupun kiri. Dibuka lapis demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi kolon tranversum. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan penjahitan ”spur” 3–4 jahitan dengan benang sutera 3/0 sehingga membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan dijahit ke kulit kemudian tepi luka diberi vaselin.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI

1. Pengkajian

a. Keadaan stoma :

* Warna stoma (normal warna kemerahan).

* Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).

* Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).

* Posisi stoma.

b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :

* Konsistensi, bau, warna feces.

* Apakah ada konstipasi / diare ?

* Apakah feces tertampung dengan baik ?

* Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?

c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :

* Keluhan nyeri ada/ tidak.

* Hal-hal yang menyebabkan nyeri.

* Kualitas nyeri.

* Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).

* Apakah pasien gelisah atau tidak.

d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

* Tidur nyenyak/ tidak.

* Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.

* Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.

* Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?

e. Bagaimana konsep diri pasien ?

f. Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, & peran.

g. Apakah ada gangguan nutrisi :

* Bagaimana nafsu makan klien.

* BB normal atau tidak.

* Bagaimana kebiasaan makan pasien.

* Makanan yang menyebabkan diare.

* Makanan yang menyebabkan konstipasi.

h. Apakah pasien seorang yang terbuka ?

* Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.

* Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:

* Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis.

* Pencegahan terhadap komplikasi.

* Pemberian dukungan untuk rnerawat anak.

* Menyediakan informasi bagi keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Potensial terjadinya gangguan eliminasi tinja (konstipasi atau diare) b.d kemungkinan diet yang tidak seimbang yang ditandai, dengan ….

2. Potensial gangguan nutrisi b.d ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan.

3. Potensial gangguan integritas kulit b.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan ….

4. Potensial terjadinya infeksi b.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan ….

5. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gangguan mekanisme kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan ….

6. Gangguan rasa nyaman b.d BAB yang tidak terkontrol, yang ditandai dengan ….

7. Gangguan istirahat dan tidur b.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan ….

8. Gangguan konsep diri (gambaran diri, peran) b.d belum dapat beradaptasi dengan stoma dan perubahan anatomis, yang ditandai dengan ….

9. Keterbatasan aktifitas b.d klien merasa takut untuk melakukan aktifitas karena stoma.

10. Cemas b.d takut terisolasi dari orang lain ….

3. Perencanaan Keperawatan

DP.1 : Potensial terjadinya gangguan eliminasi tinja (konstipasi atau diare) b.d kemungkinan diet yang tidak seimbang yang ditandai, dengan ….

Kriteria Evaluasi :

* Frekuensi BAB teratur (1-2 kali sehari).

* Pola BAB teratur.

* Tidak ada diare/konstipasi.

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan eliminasi pada klien.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Hindari makan makanan berefek laksatif.

2.

Hindari makan makanan yang menyebabkan konstipasi (makanan yang keras).

3.

Kontrol makanan yang dibawa dari rumah.

4.

Berikan minum yang cukup (2-3 1t/hari).

5.

Pola makan yang teratur (3 kali sehari).

6.

Kolaborasi dengan ahli gizi masalah menu makanan.

DP.2 : Potensial gangguan nutrisi b.d ketidaktahuan terhadap kebutuhan makanan.

Kriteria Evaluasi :

* Klien mau menghabiskan makanan yang diberikan.

* Tidak ada penyulit makan.

* BB seimbang.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Berikan motivasi agar tidak merasa takut menghabiskan makanannya.

2.

Berikan gizi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan.

3.

Bekerja sama dengan ahli gizi untuk menu makanan.

4.

5.

6.

DP.3 : Potensial gangguan integritas kulit b.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit (lecet).

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan integritas kulit.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Lakukan teknik perawatan baik (bersih).

2.

Lindungi kulit dengan pelindung kulit (vaselin / skin barier) disekitar stoma.

3.

Letakan alas (kasa) yang dapat menyerap aliran feces.

4.

5.

6.

DP.4 : Potensial terjadinya infeksi b.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

* lnfeksi tidak terjadi.

* Tidak ada tanda-tanda infeksi (rnerah, nyeri, bengkak, panas).

Tujuan :

Untuk menghindari infeksi sekunder.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada stoma.

2.

Ajarkan klien tentang personal hygiene dan perawatan stoma

3.

4.

5.

6.

DP.5 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gangguan mekanisme kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

* Rasa nyeri dapat diantisipasi oleh klien sendiri.

* Tidak ada keluhan rasa nyeri.

* Wajah tampak ceria.

Tujuan :

Rasa nyeri dapat berkurang

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Catat pemberian medikasi pada saat intra operatif.

2.

Evaluasi rasa nyeri dan karakteristiknya.

3.

Beri pengertian pada keluarga agar rasa nyeri diterima sebagai suatu yang wajar dlm batas tertentu.

4.

Berikan analgetik sebagai tindakan kolaborasi.

5.

6.

DP.6 : Gangguan rasa nyaman b.d BAB yang tidak terkontrol, yang ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

* Tidak ada tanda-tanda infeksi.

* Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit.

* Stoma tidak mengalami penurunan.

Tujuan :

Kebersihan stoma dan sekitarnya terjaga dengan baik.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

DP. 7 : Gangguan istirahat dan tidur b.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

* KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari).

* Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur.

* Klien kelihatan segar (tidak mengantuk).

Tujuan :

Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Jelaskan, stoma tidak akan terbuka pada saat tidur.

2.

Amati faktor lingkungan yang mempersulit tidur.

3.

Amati faktor psikologis yang mempersulit tidur.

4.

5.

6.

DP. 8 : Gangguan konsep diri (gambaran diri, peran) b.d belum dapat beradaptasi dengan stoma dan perubahan anatomis, yang ditandai dengan ….

Kriteria Evaluasi :

Tujuan :

Agar tidak terjadi gangguan konsep diri.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Berikan dorongan semangat yang membesarkan hati.

2.

Arahkan agar klien mampu merawat diri sendiri.

3.

Hindari sikap asing pada keadaan penyakit pasien.

4.

Beri penjelasan agar klien dapat menerima keadaan dan beradaptasi terhadap stomanya.

5.

Hindarkan perilaku yang membuat pasien tersinggung (marah, jijik, dll).

6.

DP. 9 : Keterbatasan aktifitas b.d klien merasa takut untuk melakukan aktifitas karena stoma.

Kriteria Evaluasi :

* Aktifitas klien tidak terganggu.

* Klien dapat melakukan aktifitas yang dianjurkan.

Tujuan :

Agar klien tidak takut melakukan aktifitas.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Bila akan melakukan aktifitas kantong stoma diberi penyangga (ikat pinggang).

2.

Berikan penjelasan masalah aktifitas yang tidak boleh dilakukan (olah raga sepak bola, lari).

3.

4.

5.

6.

DP. 10 : Cemas b.d takut terisolasi dari orang lain …

Kriteria Evaluasi :

* Klien tidak cemas.

* Klien terlihat tenang dan memahami keadaanya.

Tujuan :

Untuk menghindari rasa cemas.

Intervensi :

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

Berikan keyakinan bahwa klten mampu beradaptasi dengan lingkungan (masyarakat).

2.

3.

4.

5.

6.

BAB III

PERAWATAN KOLOSTOMI

1. Pengertian

Suatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang penuh dengan yang baru.

Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

2. Tujuan

* Memberikan kenyamanan pada klien.

* Menjaga kebersihan pasien.

* Mencegah terjadinya infeksi.

* Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.

* Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.

3. Fase Pra Interaksi

Persiapan alat

a. Alat untuk membersihkan: tissue, air hangat, sabun mandi yang lembut, waslap yang halus, handuk mandi/ selimut mandi, pembersih untuk membersihkan kolostomi.

b. Sarung tangan bersih

c. Kantong kolostomi bersih

d. Bengkok/ pispot

e. Barrier kulit

f. Kassa

g. Spray pelindung (seperti Kenalog,bila terjadi infeksi).

h. Tempat sampah

i. Gunting

j. Masker

k. Skerem

2. Fase Orientasi

a. Mengucapkan salam terapeutik.

b. Memperkenalkan diri.

c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.

d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.

e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.

f. Klien/ keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.

g. Privacy klien selama komunikasi dihargai.

h. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.

i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan).

j. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)

k. Menyiapkan lingkungan (menutup skerem).

4. Fase Kerja

a. Mencuci tangan, memakai masker.

b. Mendekatkan alat-alat kedekat klien.

c. Pasang selimut mandi/handuk.

d. Pasang sarung tangan bersih.

e. Buka kantong lama dan buang ketempat bersih.

f. Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun yang lembut dengan menggunakan waslap halus lembab dan cairan hangat.

g. Lindungi stoma dengan tissue atau kassa agar feces tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkan.

h. Bilas dan keringkan kulit secara seksama di sekitar stoma dengan tissue atau kassa.

i. Pasang kantong stoma

j. Bila tidak terdapat iritasi kulit :

* Barier kulit yang tepat dipasang pada kulit periostomal sebelum kantung dipasang.

* Lepaskan penutup dari permukaan perekat diskus dari kantong plastik sekali pakai dan pasang langsung pada kulit.

* Tekan dengan kuat selama 30 detik untuk memastikan perekatan.

k. Bila terdapat iritasi kulit:

* Bersihkan kulit dengan seksama tapi perlahan, keringkan dengan cara menepuknya.

* Gunakan spray Kenalog, keringkan kelebihan kelembaban dengan kapas dan tebarkan bedak nistatin (mycostatin).

* Kantong kemudian dipasang pada kulit yang telah diobati.

l. Pastikan kantong stoma merekat dengan baik dan tidak bocor, periksa bagian bawah kantong.

m. Buka sarung tangan

n. Bereskan alat

o. Rapihkan pasien

p. Mencuci tangan

5. Fase Terminasi

a. Evaluasi respon pasien.

b. Melaksanakan dokumentasi :

* Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.

* Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/ paraf pada lembar catatan klien.

c. Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai.

d. Mengucapkan salam terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

By :
Free Blog Templates