asuHan kePerawaTan Ca. LariNg

Bab 1

Konsep Dasar

A. Pengertian

Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.

Secara anatomi kanker laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik, kanker pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis (Glotis : kanker pada korda vokalis , Subglotis : kanker dibawah korda vokalis).

B. Patofisiologi

Kanker laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Kanker supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Kanker pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.

Gambaran klinik

Paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik, tidak sembuh-sembuh walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada daerah glotis dan subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh gejala sistemik seperti demam. Rasa tidak enak ditenggorok, seperti ada sesuatu yang tersangkut. Pada fase lanjut dapat disertai rasa sakit untuk menelan atau berbicara. Sesak napas terjadi bila rima glotis tertutup atau hampir tertutup kanker 80%. Sesak napas tidak timbul mendadak tetapi perlahan-lahan. Karena itu penderita dapat beradaptasi, sehingga baru merasakan sesak bila kanker sudah besar (terlambat berobat). Stridor terjadi akibat sumbatan jalan napas. Bila sudah dijumpai pembesaran kelenjar berarti kanker sudah masuk dalam stadium lanjut. Bahkan kadang-kadang kankernya dapat teraba, menyebabkan pembengkakan laring.

Bila kanker laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga. Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.

D. Stadium

Tergantung keadaan kanker (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis jauh ( M ).

Stadium : I : T1 No Mo

II : T2 No Mo

III : T3 No Mo, T2 N1 Mo, T3 N1 Mo

IV : T4 No Mo, semua T N2 M1, semua T semua N dan M.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan kanker dengan jelas. Tempat yang sering timbul kanker dapat dilihat pada gambar. Sinar X dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada kanker. Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.

F. Medical Managament

Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya. Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan kanker yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher. Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada kanker yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal. Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika kanker belum menyebar ke daerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.

Penderita dengan kanker laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher. Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis kanker supra dan subglotik. Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna. Laringektomi diklasifikasikan kedalam :

  1. Laringektomi parsial. Kanker yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
  2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu salah. Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid. Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah pembedahan.
  3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila kanker berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal. Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
  4. Laringektomi total.Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring. Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara – pencernaan. Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini. Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990). Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring. Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.

Bab 2

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pemeriksaan Fisik, meliputi :

Integritas Ego

Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara,mati, terjadi atau berulangnya kanker. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.

Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.

Makanan Atau Cairan

Gejala :Kesulitan menelan.

Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.

Higiene

Tanda : kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.

Neurosensori

Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.

Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.

Nyeri Atau Kenyamanan

Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase). Nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (kususnya dengan cairan panas), nyeri lokal pada orofaring. Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut (nyeri biasanya tidak dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan).

Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.

Pernapasan

Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.

Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.

Keamanan

Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.Perubahan penglihatan atau pendengaran.

Tanda : Massa atau pembesaran nodul.

Interaksi Sosial

Gejala : masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.

Tanda : Parau menetap,perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk bicara,dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.

Pemeriksaan Diagnosis

· CT Scan dan menelan barium mungkin menunjukkan adanya massa

· Laringoskopi memungkinkan terlihatnya gambaran langsung dari tumor dan pengambilan sampel dari tumor untuk memperkuat diagnosa.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan laringektomi, merokok, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh, nyeri.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

4) Nyeri berhubungan dengan cedera pada organ pernapasan

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laringektomi, ketidakmampuan untuk menelan, inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk

6) Ansietas berhubungan dengan terpajan toksin, stress, ancaman kematian, ancaman atau perubahan pada status kesehatan, ancaman atau perubahan status ekonomi.

7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri kronis, perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.

C. Perencanaan Keperawatan

ü DP1 :

· Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan laringektomi, merokok, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.

Batasan karakteristik :

Subyektif :

- Dispnea

Obyektif :

- Sulit bernapas

- Sulit berbicara

- Perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,

- Penggunaan otot aksesori pernapasan,

- Bunyi napas tidak normal,

- Sianosis.

Tujuan / kriteria evaluasi

- Mudah untuk bernapas

- Bisa bersuara

- Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal

- Bunyi napas bersih dan jelas

- Tidak sesak napas

- Tidak sianosis

Hasil :

Bisa mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih atau jelas.

Intervensi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri

1. Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.

Perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.

2. Tinggikan kepala 30-45 derajat.

Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.

3. Dorong menelan bila pasien mampu.

Mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.

4. Dorong batuk efektif dan napas dalam.

Memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.

5. Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret.

Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.

6. Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterior.

Sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.

7. Ganti selang atau kanul sesuai indikasi.

Mencegah akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas. Catatan : ini penyebab umum distres pernapasan atau henti napas pada paskaoperasi.

Kolaborasi

1. Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan masukan cairan.

Fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.Tambahan kelembaban menurunkan mengerasnya mukosa dan memudahkan batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.

2. Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.

Pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.

ü DP 2 :

· Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh, nyeri.

Batasan karakteristik :

Subyektif :

- Napas pendek

- Dispnea

Obyektif :

-

- Sulit berbicara

- Perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,

- Penggunaan otot aksesori pernapasan,

- Bunyi napas tidak normal,

- Sianosis.

Tujuan / kriteria evaluasi

- Mudah untuk bernapas

- Bisa bersuara

- Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal

- Bunyi napas bersih dan jelas

- Tidak sesak napas

- Tidak sianosis

Hasil :

Bisa mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih atau jelas.

asuHan kePeraWatan eMpiema

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap fibropurulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai cavitas pleural. Meskipun empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, empiema dapat terjadi jika pengobatan terlambat.

B. ETIOLOGI

Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paru-paru, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas. Biasanya, empiema tidak menyebabkan kerusakan yang permanent pada system pernapasan.

C. PATOFISIOLOGI

Empiema telah menjadi penyebab dari beberapa kasus penyakit, tapi ini akan berkomplikasi dan dominant komplikasi dari pneumonia. Perkembangan empiema dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian; sebuah fase akut yang mengisi rongga tubuh dengan seseuatu cairan yang mengandung nanah ; fase yang kedua, pada rongga tersebut cairannya akan mengental dan berserat, koagulasi protein (fibrin) mulai bersatu dengan rongga; dan fase yang ketiga atau tingkat kronik dimana paru-paru atau organ lain terbungkus tipis dengan benda yang berserat.

D. MANIFESTASI KLINIS

Pasien mengalami penurunan berat badan. Selain itu, pasien juga mengalami demam, berkeringat malam, Dispnea, Anoreksia, dan Nyeri pleural. Auskultasi dada memperlihatkan tidak terdengarnya bunyi napas dan terdapat bunyi datar saat perkusi dada, juga penurunan fremitus (fibrasi fokal terdeteksi saat palpasi). Jika pasien telah mendapatkan terapi anti mikroba, manifestasi klinis dapat berubah. Diagnosis ditegakkan dengan dasar hasil rontgen dada dan torasentesis.

E. KOMPLIKASI

Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui roentgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk mengatasi kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan dan difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal. Perawat juga memberikan asuhan spesifik terhadap metode drainase cairan pleura seperti aspirasi jarum, drainase dada tertutup, atau seksi iga dan drainase.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan kesehatan mungkin mencatat penemuan yang abnormal, seperti penurunan suara pernapasan atau suara pergesekan pernapasan (friction rub), ketika didengarkan atau di auskultasi dada menggunakan stetoskop.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah untuk mengalirkan cairan dalam kapasitass pleura dan untuk mencapai ekspansi paru sempurna. Cairan dialirkan dan diresepkan antibiotic yang sesuai berdasarkan pada organisme penyebab. Antibiotic pada dosis yang besar biasanya diberikan. Streptokinase dapat juga dimasukkan ke dalam ruang untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilakukan dengan :

o Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika cairan tidak terlalu banyak.

o Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter besar yang disambungkan ke drainase water seal.

o Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang mengalami penebalan, pus, dan debris. Serta untuk mengangkat jaringan paru yang sakit di bawahnya.

Penanggulangan empiema tergantung dari fase empiema, yaitu :

1. Fase I (Fase Eksudat)

Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik terapi dan prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang sempurna.

2. Fase II (Fase Fibropurulen)

Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/ "open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan.

Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi dan/atau dekortikasi.

3. Fase III (Fase Organisasi)

Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan periosteum tulang iga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot atau omentum (muscle plombage atau omental plombage).

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMPIEMA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

1. Riwayat atau adanya faktor resiko

Ø PPOM

Ø Perokok berat

Ø Imobilisasi fisik lama

Ø Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus.

Ø Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).

Ø Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker)

Ø Menghirup atau aspirasi zat iritan

Ø Terpapar polusi udara terus menerus

Ø Terpasang selang intrakostal.

Ø Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).

2. Pemeriksaan Fisik

Ø Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya).

Ø Nyeri dada pleuritik

Ø Takipnea dan takikardi

Ø mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan.

Ø Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri

Ø Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia

Ø Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif.

Ø Bronkoskopi

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup yang berikut ini:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum, obesitas.

2. Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh.

3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.

4. Nyeri pleuritik b.d empiema.

5. Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.

7. Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.

8. Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DP.1 :

Ketidakefektifan bersihan Jalan Napas b.d peningkatan produksi sputum, obesitas.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif:

Dispnea

  • Objektif :

Bunyi napas tambahan.

Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.

Batuk tidak ada atau tidak efektif.

Sianosis.

Kesulitan untuk bersuara.

Penurunan bunyi napas.

Ortopnea.

Kegelisahan.

Sputum.

Mata terbelalak.

Hasil pasien yang disarankan :

Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.

Perilaku mengontrol gejala : tindakan seseorang untuk memminimalkan perubahan sampingan yang didapatkan pada fungsi fisik dan emosi.

Perilaku perawatan : penyakit atau cedera : tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan patologi.

Tujuan :

  • Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.
  • Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
  • Mendemonstrasikan batuk efektif.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

no.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan. Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.

1.

Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

2.

Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi.

Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi. Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi

3.

Penghisapan sesuai dengan indikasi

Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

4.

Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.

Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

5.

Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol

Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.

Kolaborasi

6.

Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium

Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain

DP.2 :

Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh.

BATASAN KARAKTERISTIK :

§ Subjektif :

Dispnea.

Napas pendek.

§ Objektif :

Perubahan gerakan dada.

Mengambil posisi tiga titik.

Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.

Penurunan ventilasi semenit.

Penurunan kapasitas vital.

Napas dalam.

Peningkatan diameter anterior-posterior.

Napas cupping hidung.

Ortopnea.

Fase ekspirasi yang lama.

Pernapasan purset-lip.

Kecepatan respirasi.

Rasio waktu.

Penggunaan otot Bantu untuk bernapas.

Hasil pasien yang disarankan :

Status respirasi :Ventilasi : pergerakan udara ke dalam dan keluar dari paru-paru

Status tanda vital : suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam rentang yang diharapkan dari individu.

Tujuan :

v Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital

v Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator gangguan sebagai berikut :

· Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.

· Ekspansi dada simetris.

· Tidak adanya penggunaan otot bantu.

· Bunyi napas tambahan tidak ada.

· Napas pendek tidak ada.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

1.

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara.

Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit

2.

Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan

Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus / tertahannya secret.

3.

Palpasi fremitus

Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

4.

Anjurkan klien untuk tidak memikirkan hal-hal yang menyebabkan ansietas

Salah saut faktor penyebab hiperventilasi adalah ansietas.

5.

Pertimbangkan penggunaan kantung kertas saat ekspirasi latih individu bernapas perlahan dan efektif

Meningkatkan kemampuan kontrol individu terhadap proses ekspirasi

Kolaborasi

6.

Pemberian oksigen dari dokter

Agar pernapasan dapat berjalan dengan baik

7.

Jaga posisi pasien agar tetap semifowler

Posisi semifowler dapat mempermudah pasien dalam bernafas efektif

DP.3 :

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Dispnea

Sakit kepala pada saat bangun

Gangguan penglihatan.

  • Objektif :

Gas darah arteri yang tidak normal

Gelisah

Cuping hidung mengembang.

Warna kulit tidak normal.

Hasil Pasien yang disarankan :

Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.

Tujuan :

  • Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
  • Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.
  • Mencapai fungsi paru yang maksimal.
  • Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

1.

Pantau perubahan tanda vital.

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

2.

Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa hari sekali

Meningkatkan kemampuan ekspansi paru. Jika klien dalam posisi duduk, kemampuan ekspansi paru akan meningkat.

3.

Bantu reposisi, setiap jam jika mungkin

Membantu drainase postural, mencega depresi jaringan paru atau dada untuk pernapasan.

4.

Dorong klien untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk terkontrol 5 kali setiap jam

Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen kedalam paru dan sistem peredaran darah.

DP. 4 :

Nyeri pleuritik b.d empiema.

BATASAN KARAKTERISTIK :

· Subyektif

Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.

· Obyektif

Gerakan menghindari nyeri.

Posisi menghindari nyeri.

Perubahan autonomik dari tonus otot.

Perubahan nafsu makan dan makan.

Perilaku menjaga atau melindungi.

Hasil pasien yang disarankan :

Tingkat kenyamanan : perasaaan senang secara fisik dan psikologis.

Perilaku mengendalikan nyeri : tindakan seseorang untuk mengendalikan nyeri.

Nyeri : efek merusak : efek merusak dari nyeri terhadap emosi dan perilaku yang diamati atau dilaporkan.

Tingkat nyeri : jumlah nyeri yang dilaporkan atau di tunjukkan.

Tujuan :

Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut :

· Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.

· Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.

· Penurunan konsentrasi.

· Terganggunya tidur.

· Penurunan nafsu makan.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

1

2

3

4

5.

6.

Mandiri :

Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.

Pantau :

- Suhu setiap 4 jam

- Hasil pemeriksaan SDP

- Hasil kultur sputum

Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman

Kolaborasi :

Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya.

Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.

Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditis.

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.

Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif.

Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.

Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan.

DP. 5 :

Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Mual

  • Objektif :

Kulit memerah

Frekuensi napas meningkat

Takikardi

Hasil pasien yang disarankan :

Suhu tubuh dalam batas normal.

Tujuan :

  • Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
  • Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
  • Perubahan warna kulit tidak ada.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

No.

Intervensi

Rasionalisasi

1.

2.

Mandiri:

Pantau suhu minimal 2 jam sekali.

Pantau:

· tekanan darah, nadi, pernapasan.

· aktifitas kejang, warna kulit

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

3.

4.

Kolaborasi :

Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin.

Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.

Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).

DP. 6 :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.

Kram abdomen.

  • Objektif :

Tidak tertarik untuk makan.

Diare.

Bising usus hiperaktif.

Konjungtiva dan membran mukosa pucat.

Tonus otot buruk.

Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.

Mengeluh gangguan sensasi pengecap

Hasil pasien yang disarankan :

Status gizi : tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Status gizi : Asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.

Status gizi : Nilai gizi : keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.

Tujuan :

  • Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
  • Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat yang tepat.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

No.

TINDAKAN / INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

1.

Pantau :

· persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.

· timbang BB setiap hari

· Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.

2.

Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.

Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.

3.

Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.

Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.

Kolaborasi

4.

Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.

Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.

DP.7 :

Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan.

BATASAN KARAKTERISTIK :

  • Subjektif :

Cemas,takut.

Mual.

Insomnia.

· Objektif :

Penurunan nadi.

Mulut kering.

Muka merah.

Peningkatan tekanan darah.

Berkeringat.

Hasil pasien yang disarankan :

Kontrol agresi : kemamapuan untuk menahan perilaku kekerasan, kekacauan, atau perilaku destruktif pada orang lain.

Kontrol ansietas : kemampuan untuk mneghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir dan tegang dari suatu sumber yang tidak dapat diidentifikasi.

Koping : tindakan untuk mengatasi stressor yang membebani sumner-sumber individu.

Kontrol impuls : kemampuan untuk menahan diri dari perilaku kompulsif atau impulsif.

Penahanan mutilasi diri : kemampuan untuk berhenti dari tindakan yang mengakibatkan cedera diri sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan.

Ketrampilan interaksi sosial : pengguanaan diri untuk melakukan interaksi yang efektif.

Tujuan :

§ Menungkapkan perasaan ansietas

§ Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

NO.

Intervensi

Rasional

1.

Jelaskan tujuan tarapi pada klien

Mengorientasikan program trapi, membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol

2.

Ajarkan tindakan untuk membantu mengontrol dispnea

Pengontrolan dipsnea melalui diet seimbang, istirahat cukup dan aktifitas yang dapat ditoleransi

3.

Ajarkan klien melakukan latihan napas

Latihan napas dengan spirometri insentif , latihan efek paru atau latihan posterior paru atau latihan area iga lateral bawah

4.

Ajarkan dan evaluasi teknik drainase postural

Memfasilitasi pengeluaran sekret

5.

Jelaskan bahayanya infeksi dan cara menurunkan resiko

Mencega infeksi, baik skunder maupun primer yang mungkin diakibatkan oleh gangguan napas

6.

Anjurkan klien untuk melaporkan gejala penting dengan segera

Mencegah komplikasi yang tidak terpantau atau gejala yang dianggap normal oleh klien

7.

Ajarkan atau opserfasi penggunaan nebulizer atau inhaler dosis terukur

Mencega penggunaan inhaler melebihi dosis

DP. 8 :

Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas.

BATASAN KARAKTERISTIK :

· Subjektif

Riwayat intoleransi sebelumnya

Tidak berpengalaman terhadap aktifitas

· Objektif

Keadaan penurunan kondisi

Adanya masalah sirkulasi atsu respirasi

Hasil pasien yang disarankan :

Keefektifan pompa jantung : tingkat pemompaan darah dari ventrikel kiri permenit untuk mendukung tekanan perfusi sistemik.

Status sirkuasi : tingkat pengaliran darah tidak terhambat, secara satu arah, dan pada tekanan yang sesuai melaui vena-vena besar dari aliran sistemik dan pulmonal.

Koping : aktifitas untuk mengatur stresor yang membutuhkan sumber individual.

Penghematan Energi : tingkat pengolahan energi secara aktif untuk memulai dan mempertahankan aktifitas.

Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri

Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.

Tujuan :

§ Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif.

§ Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara realistis.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI

no.

Intervensi

Rasional

1.

Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.

Merokok, suhu ekstrim dan stres dan menyebabkan fasikonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung

2.

Ajarkan program hemat energi

Mencegah penggunanan energi yang berlebihan

3.

Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap

Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik yang memungkinkan peningkatan otot batu pernapasan

4.

Ajarkan teknik nafas efektif

Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi

5.

Pertahankan terapi oksigen tambahan

Mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah

6.

Kaji respon abnormal setelah aktifitas

Respon abnormal meliputi nadi, tekanan darah gan pernapasan yang meningkat

7.

Beri waktu istirahat yang cukup

Meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan

BAB III

KESIMPULAN

Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap fibropurulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane eksudatif yang tebal.

Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paru-paru, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas.

Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk mengatasi kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan dan difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal.

By :
Free Blog Templates