asuhan keperawatan apendicitis (usus buntu)













A. Pengertian
1. Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
2. Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal ( long, Barbara C, 1996 hal 228 )
3. Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 )


B. Anatomi
1. Anatomi Appendiks
a. Letak di fossa iliaca kanan, basis atau pangkalnya sesuai dengan titik Mc Burney 1/3 lateral antara umbilicus dengan SIAS.
b. Basis keluar dari puncak sekum bentuk tabung panjang 3 – 5 cm.
c. Pakal lumen sempit, distal lebar. ( Farid 3, 2001 )
2. Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar lima kaki ( sekitar 1,5 m ) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besasr dari usus kecil. Rata –rata sekitar 2,5 1nc.( sekitar 6,5 cm ) tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besardibagi menjadi sekum, colon, dan rectum. Pada sekum terdapat katup ileosecal dan Appendiks yang melekat pada ujung sekum. Colon dibagi lagi menjadi colon asendens, transversum desendens dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk kelokan tajan yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut – turut dinamakan fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Colon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk S. lekukan rectum. Pada posisi ini gaya berat membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Rectum terbentang dari colon sigmoid sampai anus ( Silvia A. Price, Lorraina, M Wilson 1995

C. Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymfoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh sebab jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.

D. Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi Yaitu :
a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
§ Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
§ Adanya faekolit dalam lumen appendiks
§ Adanya benda asing seperti biji – bijian
§ Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks
1. Appendik yang terlalu panjang
2. Messo appendiks yang pendek
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4. Kelainan katup di pangkal appendiks

E. Insiden
Appendisitis aku dinegara maju lebih tinggi daripadadi negara berkembang namun dalam tiga – empat dasawarsa terjadi peningkatan.kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pola makan berserat dalam menu sehari – hari, pada laki – laki dan perempuan pada umumnya sebanding kecuali pada umur 20 – 30 tahun insiden pada laki – laki lebih tinggi. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur , hanya pada anak yang kurang dari satu tahun yang jarang dilaporkan, mungkin karena tidak terduga sebelumnya. Insiden tertnggi terjadi pada kelompok umur 20 – 30 tahun, setelah itu menurun.

F. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit ( massa keras dari fecces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intaraluminal, menimbulkan nyeri atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi terisi pus.

G. Manisfestasi klinis
1. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering kali muntah.
2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.
3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare
4. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah
5. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

H. Test Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah :
1. Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah.
2. Muntah oleh karena nyeri visceral
3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney


2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat
d. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fekolit (sumbatan)
c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

I. Diagnosa Banding
Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan appendicitis. Pada kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah – pindah. Hiperperistaltik merupakan merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu obsevasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
Adenitis mesebrikum juga dapat menunjukan gejala dan tanda yang identik dengan appendicitis. Penyakit ini lebh sering pada anak – anak, biasanya didahului dengan infeksi saluran napas. Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan menetap, jarang terjadi truemuscie guarding.
Divertikulitis Meckeli juga menunjukan gejala yang hampir sama. Lokasi nyeri mungkin lebih kemedial, tetapi ini bukan criteria diagnosis yang dapat dipercaya. Karena kedua kelainan ini membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal yang penting.
Enteritis regional, amubiasis,ileitis akut, perforasi ulkus duodeni, kolik ureter, salpingitis akut, kehamilan ektopik terganggu, dan kista ovarium terpuntir juga sering dikacaukan dengan appendicitis. Pneumonia lobus kanan bawah kadang – kadang juga berhubungan dengan nyeri di kuadran kanan bawah.
J. Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut :
1. Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks
2. Abses hati
3. Septi kemia

K. Penatalaksanaan
a. Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat – obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
b. Terapi bedah : appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
c. Terapi antibiotik, tetapi anti intravena harus diberikan selama 5 – 7 hari jika appendicitis telah mengalami perforasi.



DATA DASAR PENGKAJIAN APENDISITIS
(PRE OPERASI)

DATA DASAR YANG DAPAT DITEMUKAN DALAM PENGKAJIAN :
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Malaise
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3) Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan atau lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
4) Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual atau muntah
5) Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
o Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan). Meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau napas dalam.
o Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda :
o Prilaku berhati – hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk : meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
o Ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
o Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
6) Keamanan
Tanda : demam (biasanya rendah)
7) Pernapasan
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal (Marilyn E. doenges, 508 – 505, 2000)
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubunngan dengan nyeri abdomen contohnya pielis akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,2 hari
Rencana pemulangan : Membutuhkan bantuan sedikit dalam transportasi tugas pemeliharaan rumah

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm3, neutrofil menungkat sampai 75 %
Urinalisis : normal tetapi erytrosit/leukosit mungkin ada
Foto Abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material dari apendiks (fekalit), ileus terlokalisir


  • Pemeriksaan diagnosa Penyakit Radang Usus Buntu


  • Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology ;
    1. Pemeriksaan fisik.
      Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.

      Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
    2. Pemeriksaan Laboratorium.
      Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
    3. Pemeriksaan radiologi.
      foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.


  • Penanganan dan Perawatan Penyakit Radang Usus Buntu


  • Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.

    Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll.




    Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
    Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
    Test rektal.
    Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
    Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
    Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
    Penatalaksanaan
    Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
    Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
    Untuk melengkapi hal tersebut, maka perawat di dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
    Pengkajian
    Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
    Identitas penanggung Riwayat kesehatan sekarang.
    Keluhan utama Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.
    Sifat keluhan Nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai Biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. Riwayat kesehatan masa lalu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang Pemeriksaan fisik Keadaan umum Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
    Berat badan Sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
    Sirkulasi : Klien mungkin takikardia. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
    Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
    Keamanan Demam, biasanya rendah.
    Data psikologis Klien nampak gelisah.
    Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang.
    Diagnosa keperawatan
    Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.
    Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
    Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
    Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang.
    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
    Intervensi keperawatan .
    Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan prioritas masalah keperawatan.
    Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya rasa mual dan muntah, ditandai dengan : Kadang-kadang diare. Distensi abdomen. Tegang. Nafsu makan berkurang. Ada rasa mual dan muntah. Tujuan : Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan kriteria : Klien tidak diare. Nafsu makan baik. Klien tidak mual dan muntah.
    Intervensi : Monitor tanda-tanda vital.
    Rasional : Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
    Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine.
    Rasional : Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
    Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering.
    Rasional : Untuk meminimalkan hilangnya cairan.
    Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh, ditandai dengan : Suhu tubuh di atas normal. Frekuensi pernapasan meningkat. Distensi abdomen. Nyeri tekan daerah titik Mc. Burney Leuco > 10.000/mm3 Tujuan : Tidak akan terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi post operatif (tidak lagi panas, kemerahan).
    Intervensi : Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada melalui prinsip-prinsip pencukuran.
    Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
    Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
    Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
    Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
    Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro organisme.
    HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
    Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan tindakan.
    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal, ditandai dengan : Pernapasan tachipnea. Sirkulasi tachicardia. Sakit di daerah epigastrum menjalar ke daerah Mc. Burney Gelisah. Klien mengeluh rasa sakit pada perut bagian kanan bawah.
    Tujuan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : Pernapasan normal. Sirkulasi normal.
    Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
    Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
    Anjurkan pernapasan dalam.
    Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
    Lakukan gate control.
    Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
    Beri analgetik.
    Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti).
    Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah murung. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
    Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif dan pengobatannya.
    Intervensi : Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah operasi.
    Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
    Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.
    Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
    Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
    Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.
    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun. Nafsu makan menurun Berat badan menurun Porsi makan tidak dihabiskan Ada rasa mual muntah
    Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
    Intervensi : Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
    Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
    Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal
    Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
    Timbang berat badan sesuai indikasi
    Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
    Beri makan sedikit tapi sering
    Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
    Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
    Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
    Tawarkan minum saat makan bila toleran.
    Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
    Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan distres.
    Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
    Memberi makanan yang bervariasi
    Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan. Kuku nampak kotor Kulit kepala kotor Klien nampak kotor
    Tujuan : klien mampu merawat diri sendiri
    Intervensi : Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri serta cuci rambut dan potong kuku klien.
    Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kesehatan.
    Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
    Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
    Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.
    Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.
    Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
    Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan
    Bimbing keluarga / istri klien memandikan
    Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
    Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
    Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.
    Implementasi
    Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.
    Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.
    Evaluasi.
    Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang perawatan dan pengobatannya.
    Sumber :
    1.Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
    2.Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
    3.Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    0 komentar:

    By :
    Free Blog Templates