KONSEP DASAR

 

  1. DEFINISI

Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis. Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.

 

  1. ETIOLOGI

Penyebab bronkitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkitis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. Kelainan kongenital dalam ini bronkitis terjadi sejak dalam kandungan. Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan fetus memegang peran penting.

 

  1. PATOFISIOLOGI

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi dyang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisime dan brokiektasis.

 

  1. MANIFESTASI KLINIS

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini bronkitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan.

 

  1. EVALUASI DIAGNOSTIK

Riwayat kesehatn yang lengkap, termasuk keluarga, pemajanan terhadap lingkungan, terhadap lingkungan, terhadap bahan-bahan yang mengiritasi dan riwayan pekerjaan dikumpulkan, termasuk kebiasaan merokok (jumlah bungkus per hari). Selain itu, pemeriksaan gas-gas darah arteri, rontgen dada, dan pemeriksaan funsi paru dilakukan, juga pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.

Pemeriksaan funsi paru menunjukkan penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV ; jumlah udara yang diekshalasi) dan peningkatan volume residual (RV ; udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekshalasi maksimal), dengan kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat. Hematokrit dan hemaglobin dapat sedikit meningkat. Analisa gas darah dapat menunjukkan hipoksia dengan hiperkapnia. Rontgen dada mungkin menunjukkan perbesaran jantung dengan diafragma normal atau mendatar. Konsolidasi dalam bidang paru mungkin juga terlihat.

 

  1. PENATALAKSANAAN MEDIS

Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar brinkiolus terbuka dan berfungsi untuk memudahkan pembuangan sekresi bronkial untuk mencegah infeksi dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam batuk adalah tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Untuk membantu membuang sekresi bronkial, diresepkan bronkodilator untuk menghilangkan bronkospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru dan ventilasi alveolardiperbaiki. Drainase postural dan perkusi dada setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama jika terdapat bronkiektasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika bronkospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid mungkin digunakan ketika pasientidak menunjukkan keberhasilan terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok karena menyebabkan brokokonstriksi, melumpuhkan silia, yang penting dalam menbuang partikel yang mengiritasi dan menginaktivasi surfaktan, yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronkial.

 

  1. PENCEGAHAN

Karena sifat bronkitis kronik yang menimbulkan ketidakmampuan, setiap upaya diarahkan untuk mencegah kekambuhan. Satu tindakan esensial adalah untuk menghindari iritan pernapasan (terutama asap tembakau). Individu yang rentan terhadap infeksi saluran pernapasan harus diimunisasi terhadap agens virus yang umum dengan vaksin untuk influenza dan untuk S. pneumoniae. Semua pasien dengan infeksi traktus respiratorius atas akut harus mendapat pengobatan yang sesuai, termasuk terapi antimikroba berdasarkan pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada tanda pertama sputm purulen.

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS KRONIK

 

  1. PENGKAJIAN

     

    1. Faktor pencetus
    2. Rokok sigaret
    3. Polusi lingkungan
    4. Pemajanan di tempat kerja
    5. Infeksi traktus respiratori berulang
    6. Kerentanan genetik.

     

    1. Riwayat

    Batuk kronik dengan produksi sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.

    1. Sianosis
      1. Edema
      2. Dispnea
      3. Obesitas
      4. Corak kulit merah atau kebiruan
      5. "Blue bloater"

     

    1. Hasil Pemerikasaan Diagnostik

      Radiografi dada : menunjukkan inflamsi berulang ; fibrosis

      a. Tes fungsi paru-paru :

      TLC : normal atau sedikit menurun

          Compliance paru-paru, statik : meningkat

      RV : sedikit meningkat

          Compliance paru-paru, dinamis : sangat rendah

      FEV1 : menurun

      b. Gas darah arteri :

      PaO2 : menurun saat istirahat

      PaCO2 : meningkat

      c. Pengawasan di tempat tidur :

      Tekanan arteri pulmonal : meningkat

      Curah jantung : mendekati normal

    d. Pemeriksaan laboratorium : hitung darah lengkap-polisitemia

    e. Pemeriksaan sputum : sputum lengket, putih dan mukoid ; jumlah sputum yang diproduksi dapat berkisar antara 60 ml/hari sampai 600ml/hari

    f. EKG : deviasi aksis kanan akibat dari kor pulmonal.

     

    1. Inspeksi

    Batuk dengan sputum

     

    1. Palpasi

    Fremitus normal

     

    1. Perkusi

    Resonan

     

    1. Auskultasi

    Pernapasan : bunyi napas vesikular dapat mengalami ekspirasi memanjang

             Gemericik, ronki dan mengi mungkin terdengar

    Kardiovaskular : Takikardi.

     

    1. DIAGNOSA

     

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mukus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing pada jalan napas, sekresi pada bronki, eksudat pada alveoli, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkial, PPOK (Peyakit Paru Obstruksi Kronis), infeksi, asma, alergi jalan naps, trauma, merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
    2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.
    3. Ketidakefektifan pola napas b.d ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding dada, penurunan energi/kelelahan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi, kerusakan muskuloskeletal, imaturitas neuromuskular, obesitas, nyeri, kerusakan persepsi/kognitif, kelelahan otot-otot respirasi, cedera tulang belakang.
    4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia sekunder akibat dispnea, halitosis, keletihan, ketergantungan kimiawi, penyakit kronis, kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi makanan, kebutuhan metabolik tinggi, refleks mengisap pada bayi tidak adekuat, kurangnya pengetahuan dasar nutrisi, akses pada makanan terbatas, hilangnya nafsu makan, mual/muntah, pengabaian oleh orang tua, dan gangguan psikologis.
    5. Gangguan pola tidur b.d batuk, ansietas, agens biokimia, suhu tubuh, irama sirkadian sindom, depresi, keletihan, ketakutan, demam, posisi tubh, napas pendek, statis sekresi, nyeri, ketidakmampuan untuk mengambil posisi rekumben, dan stimulus lingkungan.
    6. Nyeri (kronis) b.d ketidakmampuan fisik-psikososial kronis.
    7. Risiko tinggi infeksi b.d tidak adekuatnya sistem pertahanan primer sekunder terhadap PPOM.
    8. Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen untuk aktivitas, keletihan, tirah baring/imobilitas, nyeri kronis, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
    9. Ansietas b.d kesukaran bernapas, takut asfiksia, terpajan toksin, hubungan keluarga/hereditas, transmisi interpersonal/kontaminasi, krisis situasi/maturasi, stres, ancaman kematian, ancaman atau perubahan pada status ekonomi, ancaman atau perubahan pada status dan atau fungsi peran, ancaman atau perubahan pada lingkungan, ancaman atau perubahan pada status kesehatan ancaman atau perubahan pada pola interaksi, ancaman konsep diri, konflik yang tidak disadari tentang nilai/tujuan hidup yang esensial, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
    10. Gangguan harga diri b.d penyakit kronis, nyeri kronis, dan krisi situasional.

     

     

    1. INTERVENSI

     

    1. DP.1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mukus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing pada jalan napas, sekresi pada bronki, eksudat pada alveoli, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkial, PPOK (Peyakit Paru Obstruksi Kronis), infeksi, asma, alergi jalan naps, trauma, merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.

       

    BATASAN KARAKTERISTIK

    1. Subjektif

    Dispnea

    1. Objektif

    Bunyi napas tambahan (misalnya, ronki basah halus, ronki basah kasar, dan ronki kering), perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan, batuk tidak ada atau tidak efektif, sianosis, kesulitan untuk bersuara, penurunan bunyi napas, ortopnea, kegelisahan, sputum, dan mata terbelalak.

     

    HASIL YANG DISARANKAN NOC

    Status Pernapasan : Pertukaran gas : Pertukaran CO2 atau O2 alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.

    Status Pernapasan : Ventilasi : Pergerakan udara masuk dan keluar paru-paru.

    Perilaku Mengontrol Gejala : Tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada fungsi fisik dan emosi.

    Perilaku Perawatan : Penyakit atau Cedera : Tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan patologi.

     

    TUJUAN/KRITERIA EVALUASI

    Pasien akan mempunyai jalan napas yang paten, mengeluarkan sekresi secara efektif, mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal, mempunyai fungsi paru dalam batas normal, mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah.

     

    INTERVENSI PRIORITAS NIC

    Pengelolaan jalan napas : Fasilitas untuk kepatenan jalan udara

    Pengisapan jalan napas : Memindahkan sekresi jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oral dan atau trakea.

     

     

    No.

    TINDAKAN/INTERVENSI

    RASIONAL

     

    1.

     

     

     

     

     

     

     

    2.

     

     

     

     

     

    3.

     

     

     

     

    4.

     

     

     

     

     

     

     

     

    5.

     

     

     

     

    6.

     

     

     

    7.

     

     

     

     

     

    8.

     

     

     

     

     

     

    9.

     

     

     

     

     

     

    10.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    11.

     

     

    12.

     

     

     

     

     

    13.

     

     

     

     

    14.

     

     

     

    15.

     

     

     

    16.

     

     

     

     

    17

    Mandiri

     

    Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis.mengi, kretels, ronki.

     

     

     

     

     

    Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.

     

     

     

     

    Catat adanya/derajat dispnea, mis.keluhan "lapar udara," gelisah, ansietas, distres, pernapasan, penggunaan otot bantu.

     

    Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis.peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

     

     

     

     

     

    Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis.debu, asap, dan bantal yang berhubungan debgan kondisi individu.

     

    Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.

     

     

    Observasi karakteristik batuk, mis.menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keeftifan upaya batuk.

     

    Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Memberikan air hangat. Amjurkan masukan cairan antara, sebagai pengganti m

    akan.

    Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis. Penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tak adanya bunyi napas (asma berat).

     

    Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stera/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

     

    Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis.infeksi, reaksi alergi.

     

    Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal,dll. membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

     

    Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.

     

     

     

    Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

     

    Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

     

    Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

    Kolaborasi

     

    Berikan obat sesuai indikasi.

    Bronkodilator, mis.ß-agonis : epinefrin (Adrenalin, Vaponefrin); albuterol (Proventil, Ventolin); terbutalin (Brethine, Brethaire0; isoetarin (Brokosol, Brokometer);

     

    Xantin, mis.aminofilin, oxtrifilin (Choledyl); teofilin (Bronkodyl, Theo-Dur)

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Kromolin (Intal), flunisolida (Aerobid);

     

     

    Steroid oral, IV, dan inhalasi; metilprednisolon (Medrol);deksametason (Decadral); antihistamin mis.berklometason (Vanceril. Beclonent); triamsinolon (Azmacort);

     

    Antimikrobial;

     

     

     

     

     

    Analgesik, penekan batuk/antisuif mis.kodein, produk dextrometorfan (Benylin DM, Comtrex, Novahistine).

     

    Berikan humifikasi tambahan, mis.nebuliser ultranik, humidifier aerosol ruangan.

     

     

    Bantu pengobatan pernapasan, mis.IPPB, fisioterapi dada.

     

     

     

     

    Awasi/buat seri GDA, nadi oksimetri, foto dada. .

     

    Merilekskan oto halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-obat mungkin per oral, injeksi atau inhalasi.

     

     

    Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot/kegagalan pernapasan dengan meningkatkan kontraktilitas diafrgma. Meskipun teofilin telah dipilih untuk terapi, penggunaan teofilin mungkin sedikit atau tak menguntungkan pada program obat ß-agonis adekuat. Namun, ini dapat mempertahankan bronkodilatasi sesuai penurunan efek dosis antar ß-agonis. Penelitian saat ini menunjukkan teofilin menggunakan korelasi dengan penurunan frekuensi perawatan di rumah sakit.

     

    Menurunkan inflamasi jalan napas lokal dan edema dengan menghambat efek histamin dan mediator lain.

     

    Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin, menurunkan berat dan frekuensi spasme jalan napas, inflamasi pernapasan dan dispnea.

     

     

    Banyak antimikrobial dapat diindikasi untuk mengontrol infeksi pernapasan/pneumonia. Catatan : meskipun tak ada pneumonia, tetapi dapat meningkatkan aliran udara dan memperbaiki hasil.

     

    Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat energi dan memungkinkan pasien istirahat.

     

     

    Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

     

    Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru. Catatan : Dapat meningkatkan spasme pada asma.

     

    Membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.

     

     

    1. DP.2 : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar, ketidakseimbangan perfusi-ventilasi.

     

    BATASAN KARAKTERISITK

    1. Subjektif

    Dispnea, sakit kepala pada saat bangun, dan gangguan penglihatan.

    1. Objektif

    Gas darah arteri yang tidak normal, pH arteri tidak normal, ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan, warna kulit tidak normal (misalnya, pucat dan kehitaman), konfusi, sianosis (hanya pada neonatus), karbon dioksiada menurun, diaforesis, hiperkapnia, hiperkarbia, hipoksia, hipoksemia, iritabilitas, cuping hidung mengembang, gelisah, somnolen, dan takikardia.

     

    HASIL YANG DISARANKAN NOC

    Status Pernapasan : Pertukaran Gas : Pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.

    Status Pernapasan : Ventilasi : Perpindahan udara masuk dan keluar dari paru-paru.

     

    TUJUAN/KRITERIA EVALUASI

    1. Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan Status Pernapasan : Pertukaran Gas dan Status Pernapasan : Ventilasi tidak bermasalah.
    2. Status Pernapasan : Pertukaran Gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indikator gangguan sebagai berikut :

      Status neurologis dalam rentang yang diharapkan

      Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada

      Gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada

      PaO2, PaCO2, pH arteri, dan saturasi O2 dalam batas normal

      End tydal CO2 dalam rentang yang diharapkan.

       

      INTERVENSI PRIORITAS NIC

    Pengelolaan Asam-Basa : Meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat dari ketidakseimbangannya.

    Pengelolaan Jalan Napas : Memfasilitasi kepatenan jalan napas.

     

    No.

    TINDAKAN/INTEVENSI 

    RASIONAL

     

    1.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    2.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    3.

     

     

     

     

     

    4.

     

     

     

     

     

     

    5.

     

     

     

    6.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    7.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    8.

     

     

     

     

     

     

     

     

    9.

     

    Mandiri

     

    Pantau :

    Status pernapasan (Apendiks A) tiap 4 jam

    Hasil GDA

    Nilai nadi oksimetri

    Kadar teofilin serum

    Laporan sinar x dada

    Hasil tes fungsi sputum dan pulmonal.

     

    Berikan obat-obat yang diresepkan meliputi kombinasi dari bronkodilator, steroid dan antibiotik. Evaluasi keefektifannya. Jadwalkan obat-obatan untuk mempertahankan konsistensi kadar darah.

     

     

     

    Tinjau kembali obat-obatan untuk menghindari interaksi merugikan obat dengan obat. Rujuk referensi farmakologis dan farmasis bila dibutuhkan.

     

    Pertahankan posisi fowler's dengan tangan abduksi dan disokong oleh bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan oleh meja yang ditempatkan di atas tempat tidur.

     

    Dorong pasien utnuk meningkatkan masukan cairan sekurang-kurangnya 3 L/hari.

     

    Dorong pasien untuk melakukan napas dengan spirometer intensif tiap 2-4 jam. Beri atau bantu terapis pernapasan dalam melakukan fisioterapi dada yang diprogramkan, drainase postural dan tindakan aerosol sesuai dengan yang dibutuhkannya. Apabila pasien tidak mampu untuk batuk dan mengeluarkan sekret secara efektif, lakukan penghisapan nasotrakeal.

     

    Hindari penggunaan depresan saraf pusat berlebihan (narkotik dan sedatif).

     

    Anjurkan untuk berhenti merokok sekarang.

     

     

     

     

    Usahakan suhu ruangan sejuk/nyaman. 

    Untuk mengindetifikasi indikasi kenajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan. Karena kerusakan permanen yang telah terjadi pada sebagian paru akibat PPOM untuk mengharapkan nilai normal dari GDA dengan pH normal dan peningkatan nilai PaCO2 dan HCO2. ini seringkali menunjukkan kasus 50-50 karena nilai PaCO2 dan PaCO2 serupa.

     

     

    Bronkodilator dapat membuka bronkus;steroid menurunkan inflamasi bronkial, dan antibiotik menghilangkan infeksi. Efek terapeutik yang diinginkan dari obat ini adalah resolusi dari manifestasi distres sistem dalam darah dari obat yang diresepkan paling baik untuk menjamin efektivitas terapeutik maksimum. Kadar teofilin serum dapat menentukan eek terapeutik agen dasar teofilin.

     

    Kombinasi farmokoterapi meningkatkan risiko interaksi merugikan dari obat dengan obat. Interaksi yang merugikan dapat juga berpotensi mempengaruhi atau menghambat kerja satu agen.

     

    Posisi tegak dengan lengan abduksi dan disokong, akan memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik, dengan mengurangi tekanan abdomen pada diafragma melalui tekanan gravitasi.

     

     

    Untuk membantu melepaskan sekresi bronkial dan koreksi dehidrasi.

     

     

    Untuk mengeluarkan sekresi paru-paru dan menjamin kepatenan jalan napas.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Obat-obatan tersebut dapat menekan fungsi sistem pernapasan.

     

     

    Nikotin yang terkandung dalam tembakau dapat mengakibatkan vasokontriksi dan kontriksi bronkus. Di samping itu asap rokok fungsi silia meningkatkan batuk dan dapat mengakibatkan menurunnya persen SaO2.

     

    Udara sejuk memungkinkan bernapas mudah. 

    Kolaborasi

     

    Konsultasi kepada dokter jika gejala-gejala tersebut menetap atau memburuk. Siapkan pasien untuk dipindahkan ke UPI dan untuk pemasangan ventilasi mekanis, jika terjadi gagal napas (kemunduran status mental, hipoksia berat dan hiperkapnia).

     

    Berikan oksigen yang dilembabkan pada kecepatan aliran yang dianjurkan, biasanya 2 L/menit.

    Gagal pernapasan akut merupakan komplikasi utama yang sering menyertai PPOM. Ventilasi mekanis sangat diperlukan untuk membantu pernapasan sampai pasien dapat bernapas sendiri.

     

     

     

     

    Pelembaban membantu mengeluarkan sputum yang menempel di bronkus dan mencegah kekeringan pada membran mukosa. Untuk pasien dengan PPOM, kendali hipoksia merupakan rangsang untuk pernapasan. PaO2 antara 50-70 mm Hg diperlukan untuk merangasang pernapasan. Terlalu banyak oksigen dapat menghentikan rangsang untuk bernapas dan menyebabkan henti napas. Frekuensi aliran oksigen per menit disesuaikan dengannilai PaO2 dan PaCO2.

     

    1. DP. 3 : Ketidakefektifan pola napas b.d ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding dada, penurunan energi/kelelahan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi, kerusakan muskuloskeletal, imaturitas neuromuskular, obesitas, nyeri, kerusakan persepsi/kognitif, kelelahan otot-otot respirasi, cedera tulang belakang.

     

    BATASAN KARAKTERISTIK

    1. Subjektif

      Dispnea

      Napas pendek

    2. Objektif

      Perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik, penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, napas dalam (dewasa Vt 500 mL pada saat istirahat, bayi 6-8 ml/k), peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping hidung, ortopnea, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, kecepatan respirasi (usia dewasa 14 tahun atau lebih <11-24 [kali per menit], bayi 1-4 <20-30, usia 5-14<15-25), rasio waktu, dan penggunaan otot-otot untuk bernapas.

       

      HASIL YANG DISARANKAN NOC

      Status Respirasi : Ventilasi : Pergerakan udara ke dalam dan ke luar dari paru-paru.

    Status Tanda Vital : Suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam rentang yang diharapkan dari individu.

     

    TUJUAN/KRITERIA EVALUASI

    1. Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya ; ventilasi dan status tanda vital.
    2. Menunjukkan Status Pernapasan : Ventililasi tidak terganggu, ditandai dengan indikator gangguan sebagai berikut :

      Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas

      Ekspansi dada simetris

      Tidak ada penggunaan oto bantu

      Bunyi napas tambahan tidak ada

      Napas pendek tidak ada.

       

      INTERVENSI PRIORITAS NIC

      Pengelolaan Jalan Napas : Fasilitas untuk kepatenan jalan napas.

    Pemantauan Pernapasan : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan keadekuatan pertukaran gas.

     

    No.

    TINDAKAN/INTERVENSI

    RASIONAL

     

    1.

     

     

     

    2.

     

     

     

     

    3.

     

     

    4.

     

     

     

     

     

    5.

     

     

    6.

     

     

    Mandiri 

     

    Kaji kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksori, napas bibir, ketidakmampuan bicara.

     

    Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan.

     

     

    Palpasi fremitus

     

     

    Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin. 

    Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit.

     

    Bunyi mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme bronkus/tertahannya sekret.

     

    Penurunan tekanan vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.

     

    Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas. 

    Kolaborasi 

     

    Berikan oksigen tambahan.

     

     

    Bantu fisioterapi dada (mis, drainase postural dan perkusi area yang tak sakit, tiupan botol/spinometri intensif) 

    Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.

     

    Memudahkan upaya pernapasan dalam dan meningkatkan drainase sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

     

    1. DP. 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia sekunder akibat dispnea, halitosis, keletihan, ketergantungan kimiawi, penyakit kronis, kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi makanan, kebutuhan metabolik tinggi, refleks mengisap pada bayi tidak adekuat, kurangnya pengetahuan dasar nutrisi, akses pada makanan terbatas, hilangnya nafsu makan, mual/muntah, pengabaian oleh orang tua, dan gangguan psikologis.

       

      BATASAN KARAKTERISTIK

    1. Berat badan kurang dari 20 persen atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan dan kerangka
    2. Asupan makana kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total atau nutrisi spesifik
    3. Kehilanmgan berat badan dengan asupan makanan adekuat
    4. Melaporkan asupan tidak adekuat kurang dari anjuran kecukupan gizi harian.

     

    1. Subjektif

      Kram abdomen, nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit, merasakan ketidakmapuan untuk mengongestikan makanan, melaporkan perubahan sensasi rasa, melaporkan kurangnya makanan, merasa kenyang segera setelah mengingestikan makanan, indigesti.

    2. Objektif

      Tidak tertarik untuk makan, kerapuhan kapiler, diare dan atau steotore, adanya bukti kekurangan makana, kehilangan rambut yang berlebihan, bising usus hiperaktif, kurang informasi, misinformasi, kurangnya minat pada makanan, miskonsepsi, konjungtiva dan membran mukosa pucat, tonus otot buruk, menolak untuk makan, luka, rongga mulut inflamasi, kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan atau mengunyah.

       

      HASILYANG DISARANKAN NOC

      Status Gizi ; Tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kenutuhan metabolik

    Status Gizi : Asupan Makanan dan Cairan : Jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.

    Status Gizi : Nilai Gizi : Keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.

     

    TUJUAN/KRITERIA HASIL

    1. Menunjukkan status gizi : Asupan Makanan, Cairan, dan Zat Gizi, ditandai dengan indikator berikut :

      Makanan oral

      Pemberian makanan leat slang atau nutrisi parenteral total

      Asupan cairan oral atau IV

      1. Mempertahankan berat badan
      2. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
      3. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet
      4. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

     

    INTERVENSI PRIORITAS NIC

    Pengelolaan Gangguan Makan : Pencegahan dan penanganan pembatasab diet yang berat dan aktivitas berlebih atau makan dalam jumlah banyak dalam satu aktu dan mencahar makanan dan cairan.

    Pengelolaan Nutrisi : Bantuan atau pemberian asupan diet makanan dan cairan yang seimbang.

    Bantuan Menaikkan Berat badan : Fasilitas pencapaian kenaikan berat badan.

     

    No.

    TINDAKAN/iNTERVENSI 

    RASIONAL

     

    1.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    2.

     

     

     

     

    3.

     

     

     

     

    4.

     

     

     

     

    5.

     

     

     

    6.

     

     

    7.

     

     

     

     

     

    8.

     

     

     

     

     

     

     

    9.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    10. 

    Mandiri

     

    Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.

     

     

     

     

     

     

    Auskultasi bunyi usus.

     

     

     

     

    Berikan peraatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus sekali pakai dan tisu.

     

     

    Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

     

    Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

     

     

    Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingain.

     

    Timbang berat badan sesuai indikasi.

    Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain itu, banyakpasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernapasan membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori. Sebagai akibat pasien sering masuk RS dengan beberapa derajat malnutrisi. Oarang yang mengalami emfisema sering kurus dengan perototan kurang.

     

    Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan, pilihan dengan peningkatan kesulitan napas.

    Rasa tak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.

     

    Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.

     

     

    Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dispnea.

     

    Suhu ekstern dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

     

    Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan : Penurunan berat badan dapat berlanjut meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

    Kolaborasi

     

    Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna, secara nutrisi seimbang, mis.nutrisi tambahan oral/selang, nutrisi parenteral .

     

    Kaji pemeriksaan laboratorium, mis.albumin serum, transferin, profil amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi.

     

    Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi. 

    Metode makan dan kebutuhan kalori didasari pada situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.

     

     

     

     

    Menevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.

     

     

     

     

     

     

     

     

    Menurun kan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan meningkatkan masukan.

     

     

     

0 komentar:

By :
Free Blog Templates