Please, NO WAR ! ! !

Akhir-akhir ini sepertinya marak sekali pemberitaan konflik antara dua negara ini. Saya akui, pertama kali mendengar berita tentang konflik ini, amarah saya langsung naek. Apa-apaan ini !!! Berbagai ungkapan kesal pun sempat terpikirkan di otak saya. Untungnya, itu tidak berlangsung lama. Saya cari berita-beritanya via Om Gugel (saya tidak terlalu suka menonton Tipi dengan Keadaan seperti ini, tambah mumeeet ^^). Hmmmm . . yaaaa . . berita positif pun banyak yang saya terima, tapi berita yang negative pun lebih banyak lagi. Tiba-tiba, saya menemukan sebuah catatan  di akun Facebook saya. Cukup membuat hati ini senang setelah membacanya. Dan saya juga menemukan surat dari mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di negera sebelah itu.
Ini dia catatannya.
Disimak yaa . . . . . .

SEBARKAN = Indonesia-Malaysia Duduklah Bersama!


Indonesia dan Malaysia kembali memanas. Dua bangsa satu rumpun Melayu yang keduanya sama-sama negeri Muslim ini seringkali mengalami kerenggangan hubungan. Kali ini permasalahan disulut karena penangkapan petugas DKP oleh kepolisan diraja Malaysia beberapa waktu lalu, kemudian terungkapnya data ancaman hukuman mati terhadap 345 WNI di Malaysia.  Juga perselisihan batas wilayah yang tidak kunjung selesai.

Tak pelak hal ini membuat berang sebagian masyarakat Indonesia.  Bahkan kemarin sampai ada yang menggelar aksi demo dengan melempar Tinja ke kedubes Malaysia. Ada pula yang menyatakan dukungan untuk menyatakan perang terhadap malaysia dengan semboyan "ganyang Malingsia".

Sementara itu pihak malaysia melalui Menlu Malaysia Datuk Seri Anifah, mengancam akan mengeluarkan travel advisory (saran perjalanan yang mengimbau warganya tidak terbang ke Indonesia). Mediamedia Malaysia membeberkan kalau pemerintah di sana mulai kehabisan kesabaran terkait aksi demontrasi di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta.

Tidak sedikit terdengar selentingan-selentingan warga yang menghujat dan ingin sekali “adu jotos” dengan negara yang berbahasa melayu itu. Tari pendet, angklung, keris, reog Ponorogo, kain batik, lagu kebangsaan sampai masalah kedaulatan ambalat adalah juga sebagai pemicu perseteruan kedua negara selama ini.

Muslim adalah saudara

Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Malaysia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Allah SWT mengisyaratkan bahwa setiap mukmin adalah saudara, sebagaimana dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat" [QS. Al-Hujurat: 10]

Walaupun realitasnya kita hidup bersuku-suku maupun berbangsa-bangsa, berbeda bahasa dan warna kulit, tidak dibenarkan untuk saling mengunggulkan, bahkan saling berperang satu dengan yang lainnya atas dasar ashabiyah. Karena yang membedakan antara kita hanyalah Iman dan taqwanya, bukan ras, suku, bangsa atau yang lainnya. Allah SWT telah memperingatkan: 

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." [Al-Hujurat : 13] 

Rasulullah SAW juga melarang keras sikap ashabiyah (Nasionalisme dan tribalisme) seperti itu, sebagaimana yang tercermin dalam sabdanya: “Bukan termasuk Ummatku orang yang m engajak pada Ashabiyah,dan bukan termasuk ummatku orang yang berperang atas dasar Ashabiyah,dan bukan termasuk ummatku orang yang mati atas dasar Ashabiyah.“(HR.Abu Dawud).

Duduk Bersama

Penyelesaian dengan cara duduk bersama antara kedua belah pihak untuk mencari solusi tanpa harus menggunakan bahasa kekerasan adalah jalan terbaik. Apalagi kedua negara sama-sama mempunyai kepentingan ekonomi, salah satunya adalah ratusan ribu TKI  yang tengah mengadu nasib di Malaysia. Begitu pun Malaysia terhadap Indonesia yang juga membutuhkan TKI. Maka dapat dipastikan kerugian besar akan terjadi jika perang tidak terhindarkan.

Konflik yang berkepanjangan selama ini perlu juga untuk di cermati. Penting dicatat, sejarahnya Malaysia murupakan negara persemakmuran Inggris, sedangkan Indonesia dengan tidak usah ada “tedeng aling-aling” memang merupakan negara begundal Amerika. Jangan biarkan negara-negara barat tersebut menggunakan kesempatan dalam kesempitan sebagai legalitas mereka untuk melakukan intervensi melalui Dewan PBB dengan dalih sebagai daerah konflik.

Jangan masuk kelubang buaya untuk kedua kali, Menurut sejahrawan, Operasi Dwikora Pada 1964 (penyerangan di semenanjung malaya) adalah kebodohan dan keangkuhan para Sultan di Malaysia dan Bung Karno. Mereka termakan oleh provokasi Amerika dan sekutunya. Gara-gara operasi itu, kedua negara jadi bergantung pada mereka terutama secara militer dan ekonomi. Alhasil, Pada akhirnya Malaysia dan Indonesia harus mengalami penjajahan gaya baru karena sikap tidak saling menghargai antara saudara serumpun.

Karena itu, stoplah sikap saling mengklaim dan juga bentuk-bentuk ketidak adilan lainnya. Jangan terjebak pada konfrontasi. Sebagai contoh, untuk masalah TKI, apabila terbukti bersalah memang sudah sepantasnya dihukum,yang perlu dilakukan oleh pemerintah RI adalah bagaimana meningkatkan kwalitas TKI dengan pembinaan dan pengawasan yang lebih baik. Begitu pula dengan oknum dari Malaysia, apabila bersalah juga harus di adili . Dinginkan suasana, hati-hati dengan provokasi.

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian saksi yang adil karena Allah. Dan janganlah kebencian kamu terhadap satu kaum menyebabkan kamu berbuat tidak adil. Berbuat adillah, karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kalian sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dengan apa yang kalian lakukan.” (Al-Maidah: 8)

Waspadalah, musuh-musuh Islam akan bertepuk tangan atas segala perseteruan yang terjadi. Kita harus waspada dengan politik "devide et impera" yang dilancarkan oleh pihak lain. Mereka sadar betul jika Islam bersatu, maka Islam akan menjadi kekuatan yang sangat luar biasa baik secara geopolitik maupun secara geoekonomi. Itu berarti penjajahan mereka akan berakhir.

Sudah semestinya Indonesi dan Malaysia bersahabat. Bersatu dalam ikatan akidah Islam. Dalam naungan Khilafah, menjadi negara besar, kuat, bermartabat dan yang terpenting mendapatkan ridho-Nya. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

Salam dari Kami, Pelajar Indonesia yang Menuntut Ilmu di Malaysia
Sebelumnya perkenalkan, saya adalah salah satu dari belasan ribu anak bangsa yang sedang menuntut ilmu di negeri sebrang yaitu Malaysia. Sudah hampir 3tahun saya belajar di Malaysia, tahun depan adalah tahun terakhir saya menuntut ilmu disini. Saya hanya sekedar ingin berbagi cerita kepada rekan-rekan sekalian tentang bagaimana kami disini.
Sejak pertama saya datang ke Malaysia, saya tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman-teman disini, baik itu oleh sesama warga Negara Indonesia, warga Negara Malaysia ataupun oleh warga Negara Asing lainnya. Atas kejadian yang sedang terjadi saat ini terhadap Indonesia dan Malaysia, saya merasa prihatin. Mengapa? Karena banyak orang yang berkomentar di media dengan mempertanyakan kami para pelajar Indonesia di sini. Bukan mempertanyakan keselamatan kami melainkan mereka mempertanyakan dimana rasa Nasionalis kami dan rasa peduli kami terhadap Bangsa Indonesia. Mereka bertanya “Mengapa kami memilih Malaysia untuk tempat kami belajar disaat masih banyak Universitas berkualitas di Indonesia yang dapat memberikan banyak ilmu kepada kami?”
Jawaban dari saya pribadi adalah, memang benar masih banyak Universitas terkemuka di Indonesia yg menjanjikan untuk kita. Tapi sekarang, apalah arti dari sebuah nama Universitas terkemuka itu. Mungkin dulu, kalau kita bisa diterima menjadi salah seorang mahasiswa disana, perasaan bangga akan muncul karena kita dapat dikategorikan kedalam jajaran mahasiswa-mahasiswa dengan prestasi yang tinggi. Tapi sekarang? Dengan semakin banyaknya Ujian Saringan Masuk yang mengharuskan kita untuk memberikan Dana Sumbangan Pembangunan sebesar mungkin agar menjamin kita untuk dapat diterima di universitas tersebut, apalah arti dari prestasi kita? Banyak pelajar berprestasi tapi dia tidak bisa diterima oleh Universitas terkemuka hanya karena dia tidak dapat memenuhi standar Dana Sumbangan Pembangunan. Sungguh disayangkan sekali. Karena itu saya memutuskan untuk mengambil pendidikan diluar Indonesia.
Tapi mengapa harus Malaysia? Karena letak geografis Malaysia masih dekat dengan Indonesia, dan dengan budaya yang hampir sama akan memudahkan saya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Ada salah satu komentar di salah satu artikel yang mengatakan bahwa kami pelajar-pelajar Indonesia di Malaysia itu adalah pelajar-pelajar yang hanya sok ingin menuntut ilmu di luar negeri tapi dengan modal nanggung tidak seperti mereka-mereka yang belajar sampai ke Eropa. YA! Memang benar biaya juga menjadi salah satu alasan saya dan keluarga saya memilih Malaysia. Dengan biaya yang hampir sama dengan “Dana Sumbangan Pembangunan” Universitas terkemuka di Indonesia, saya bisa sekolah disini dengan mendapatkan poin plus yaitu belajar lebih mandiri dan mendapat banyak teman baru dari mancanegara. Dan saya pun bisa mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan Indonesia lebih jauh lagi. Sungguh disayangkan mengapa mereka-mereka yang mengaku sedang menuntut Ilmu di Eropa malah mempunyai pikiran sedangkal itu. Apalah gunanya anda berbangga hati dengan apa yg sedang anda lakukan skrg di Eropa tapi tidak dibarengi dengan pola pikir yang baik?
Ada lagi yang mengatakan, bahwa kami tidak mempunyai rasa Nasionalis karena kami hanya berdiam diri tidak memberikan pembelaan terhadap petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia yang ditangkap oleh Polisi Diraja Malaysia. Mereka menanyakan, mengapa kami diam saja? Mengapa kami tidak berdemo ke Polisi Diraja Malaysia untuk segera membebaskan 3 petugas DKP yg ditahan? Saya menjadi bingung. Itukah yang orang-orang Indonesia harapkan dari kami yg sedang berada disini? Apakah berdemo akan menyelesaikan masalah? Masalah perbatasan laut Indonesia dan Malaysia itu sudah cukup lama terjadi dan sampai sekarang belum juga menemui penyelesaian yg jelas. Biarlah para petinggi-petinggi dari kedua negara yang meyelesaikan masalah itu. Janganlah kita mudah terprovokasi oleh keadaan tanpa mengetahui seluk beluk permasalahan secara jelas. Berpikir pintar dan bertindak bijak akan sangat membantu kita semua untuk keluar dari semua permasalahan ini dibandingkan dengan hanya adu otot.
Belum sampai disitu, hujatan masih terus menghampiri kami pelajar Indonesia yang ada di Malaysia. Di salah satu artikel ada yang mengatakan “Kalian gak usah pulang aja! Kita-kita di Indonesia nggak butuh kalian yang tidak mempunyai rasa bangga terhadap Negara sendiri” begitulah kira-kira kalimatnya. Itu semua salah besar! Dari mana mereka bisa berpendapat seperti itu tanpa mengetahui apa yg telah kami lakukan disini? Sekedar informasi,saya dan teman-teman saya yg berada di Malaysia baru saja melaksanakan peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke 65 di kampus saya. Kami diberikan izin untuk mengibarkan sang saka Merah Putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tidak hanya warga Indonesia yg kami undang untuk merayakan kemerdekaan kita, kami juga mengundang teman-teman kami yg berasal dari berbagai macam Negara,termasuk rekan-rekan kami dari Malaysia. Sekarang saya berani bertanya kepada anda pelajar Indonesia yang sedang berada di Tanah Air. Dimana kalian pada saat tanggal 17 Agustus kemarin? Apa yang anda lakukan untuk mengisi peringatan kemerdekaan kita kemarin? Menikmati “tanggal merah” dengan jalan-jalan ke Mall? Atau menikmati “tanggal merah” dengan bersantai dirumah? Sekarang masih maukah anda mengatakan bahwa kami tidak mempunyai rasa bangga terhadap negeri kami sendiri?
Jika saya harus menjelaskan satu-satu disini apa saja yang telah saya dan teman-teman saya lakukan di Malaysia untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia, mungkin tidak akan cukup berpuluh-puluh ribu karakter lagi untuk saya agar dapat menjelaskan semuanya. Jadi saya mohon kepada teman-teman semua yang berada di Indonesia, tolong janganlah anda semua dengan mudahnya menuding kami dengan pernyataan yang anda pun belum tentu tahu akan kebenarannya. Juga terhadap media yang ada di Indonesia agar lebih selektif lagi dalam menyaring berita yang akan dikonsumsi oleh publik. Janganlah kalian membuat berita yang hanya dapat menyulut amarah dan menjadikan provokasi diantara kita semua. Kami disini akan terus berusaha semampu kami untuk tetap mengarumkan nama bangsa Indonesia agar kami bisa dengan bangga mengatakan “I am Indonesian!”.

ini ada video liputan perayaan 17 Agustus 2010 oleh student-student Indonesia di Malaysia



Pendet Diributin, Maling Beneran Didiemin… 

ada coment . . silahkan . .

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Hmmm, memang Indonesia-Malaysia punya sejarah panjang,
Sy pribadi sebagai org Indonesia (tulen) sebenarnya gk terima jg kalo terus menerus di lecehkan oleh malaysia yg merupakan negara kecil dibandingkan dg indonesia..
Tp jk kt berpikir dg kepala dingin, maka damai merupakan solusi terbaik,,
Namun itu semua tergantung pemerintah Indonesia bagaimana menanggapi isu2 tersebut.
Untuk yg sedang menimba ilmu di sana kami doakan selamat & sukses, aminn!

sely mengatakan...

amien . .
iya niy . .
semoga semua masalah ini ada solusi nya ..
ga enak ntar jadi sejarah yang jelek buat generasi kita berikut nya . .
:)

By :
Free Blog Templates