koNseP dasaR cOr puLmonaLe

BAB I

KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Cor Pulmonal (CP) adalah suatu keadaan di mana terdapat hipertrofi dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi (arteri) pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari parenkim paru, dinding thoraks maupun vaskuler paru. Karena itu untuk mendiagnosa CP maka harus disingkirkan adanya stenosis Mitral, Kelainan Jantung Bawaan atau Gagal Jantung Kiri yang juga menyebabkan dilatasi dan hipertrofi ventrikel kanan. CP dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang pasif, dapat juga bersifat kronis. (Yogiarto,M dan Baktiyasa,B : 2003).

Ini adalah penyakit jantung karena peningkatan tekanan darah dalam pembuluh- pembuluh nadi paru. Penyakit jantung pulmonal terkadang timbul sekunder dengan penyakit paru- paru seperti emfisema, silicosis atau fibrosis pulmonal, yaitu darah dialirkan lewat paru- paru dengan sulit. (F. Knight, John : 1995)

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

3. ETIOLOGI

Etiologi dari CP secara garis besar dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

A. Penyakit Parenkim Paru, Penyakit Paru Obstruktif Menahun (merupakan penyebab tersering CP kronis), Bronki Ektasis, Sistik Fibrosis, penyakit Paru Restriktif, Pneumokoniosis, Sarcoidosis.

B. Kelainan Dinding Thoraks dan otot pernapasan, Kiposkoliosis, Amiotrofik Lateral Sclerosis, Miastenia Gravis.

C. Sindroma Pickwikian dan Sleep Opnea.

D. Penyakit Vaskuler Paru, Emboli paru berulang atau emboli paru pasif, emboli paru yang masih pasif merupakan penyebab tersering dari CP akut sedangkat emboli paru berulang dapat menyebabkan CP Kronis, Hipertensi Pulmonal primer, Anemia sel sabit, Schistosomiosis, Skleroderma.

4. MANIFESTASI UMUM

Istilah ”cor pulmonale” menggambarkan hipertrofi ventrikel kanan yang akhirnya menyebabkan gagal jantung karena penyakit paru dan hipoksia yang menyertai. Gambaran klinisnya tergantung pada penyakit primernya juga pengaruhnya terhadap jantung.

Cor pulmanale terutama disebabkan oleh penyakit paru obstruksi kronis. Penyebab lainnya yang jarang adalah pneumokoniosis, fibrosis paru, kifoskoliosis, hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang baik subklinis maupun klinis, sindrom Pickwickian, schitosomiasis, dan infiltrasi kapiler paru obliteratif atau infiltrasi limfatik dari metastase karsinoma.

Gejala- gejala pokok penyakit paru- paru muncul, termasuk batuk- batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung, dan gagal jantung.

5. MANIFESTASI KLINIS

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antarasatu penderita yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan CP.

M CP akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.

M CP dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).

M CP dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).

M CP dengan kelainan jantung kiri : sesak napas, ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea.

M CP dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat lelah.

M Gejala predominan cor pulmonale yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.

M Tanda- tanda cor pulmonale misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop ( atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.

M Gejala- gejala tambahan ialah:

F Sianosis

F Kurang tanggap/ bingung

F Mata menonjol

Berdasarkan stadium :

  1. Stadium kompensata diagnosa agar sukar:

F Batuk- batuk berdahak,

F Sesak nafas waktu kerja,

F Bunyi P2 mengeras (tanda tekanan sirkulasi kecil meninggi),

F Pulsasi- pulsasi dio epigastrium (tanda hipertrofi ventrikel kanan)

  1. Stadium dekompensata:

F TVJ meninggi,

F Desah sistole SI5 kanan (insufisiensi tricuspidal relatif)

F Hepar membesar

F Edema

F Asites

6. PATOFISIOLOGI

© Cor Pulmonal Acut

Pada emboli paru yang pasif terjadi obstruksi akut yang luas pada pembuluh darah paru. Akibatnya adalah :

o Tahanan Vaskuler paru meningkat

o Hipoksia akibat pertukaran gas di tengah kapiler – alveolar yang terganggu hipoksia tersebut akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteri paru.

Tahanan vaskuler paru yang meningkat dan vasokontriksi menyebabkan tekanan pembukuh darah arteri paru meningkat (hipertensi pulmonal).

Hipertensi pulmonal yang terjadi secara akut tidak memberikan waktu yang cukup bagi ventrikel kanan untuk berkompensasi, sehingga terjadilah kegagalan jantung kanan akut. Gagal jantung kanan mulai terjadi jika tekanan arteri pulmonalis meningkat tiba-tiba melebihi 40-45 mmHg. Gagal jantung kanan akut ditandai dengan sesak napas kebal yang terjadi secara tiba-tiba, curah jantung menurun (low output state) sampai syok, JVP meningkat, liver yang membengkak dan nyeri, dan bising insufisiensi trikuspidalis.

© Cor Pulmonal Kronis

Seperti yang telah disebutkan, PPOM adalah penyebab tersering CP kronis (lebih dari 50% kasus). Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler bed paru, hipoksia, dan hiperkapnia/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri paru, demikian asidosis respiratorik. Di samping itu hipoksia akan menimbulkan polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas darah yang meningkat ini pada akhirnya juga akan meningkatkan tekanan pembuluh darah arteri paru akan meningkat. Jadi adanya penurunan vaskuler bed, hiposia, dan hiperkapnia akan meningkatkan tekanan darah (arteri pulmonal), hal ini disebut hipertensi pulmonal. Adanya hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertrofi dan dilatasi. Jiks mekanisme kompensasi ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.

Penyakit paru kronis

Hipoksia penurunan Vaskular bed asidosis dan hiperkapnia

Polisitemia Hipertensi pulmonal Hipertrofi dan dilatasi Ventrikel kanan

Cor Pulmonal Compensata Cor Pulmonal Decompensenta

7. KOMPLIKASI

a. Emfisema

b. Gagal jantung kanan

c. Gagal jantung kiri

d. Hipertensi pulmonal primer

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

J PEMERIKSAAN EKG

F Biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan abnormalitas atrium kanan. Sering pula didapatkan aritmia ventrikuler dan atau supra ventrikuler. Poor progression of R pada sandapan prekordial merupakan tanda yang seringkali disalahartikan sebagai infark miokard lama.

F EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P lancip. Gelombang S dalam tampak pada lead V6. deviasi aksis kekanan dan voltase rendah dapat tampak pada pasien dengan emfisema paru. Hipertrofi ventrikel kanan jarang kecuali pada ” hipertensi pulmonal primer”. EKG sering menunjukkan infark miokard. Gelombang Q dapat muncul pada lead II, III, dan aVF karena posisi ventrikel jantung., tetapi gelombang Q ini jarang dalam atau dangkal, seperti pada infark miokard. Aritmia supraventrikuler sering muncul tetapi non spesifik.

F Adanya hipertfofi atrium, ventrikel kanan atau kedua- duanya.

J PEMERIKSAAN FOTO THORAKS

Tanda yang serimg didapatkan adalah :

1. kelainan pada parenkim paru, pleura maupun dinding thorak tergantung penyakit dasarnya.

2. Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus disertai penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah perifer, sehingga menimbulkan gambaran pohon gundul (pruned tree).

3. Pembesaran ventrikel kanan.

4. Pelebaran Vena Cava Superior.

5. Jika ada emphysema maka diafragma agak rendah, conus pulmonalis melebar

J PEMERIKSAAN LABORATORIUM

F Pada penderita CP pemeriksaan fungsi paru menunjukkan kelainan restriktif atau obstruksi berat (atau gabungan keduanya). Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan adanya hipoksia dan atau hiperkapnia/asidosis respiratorik. Pada beberapa penderita CP AGDnya normal pada saat istirahat, tetapi pada saat istirahat, tetapi pada saat beraktifitas pemeriksaan AGDnya menunjukkan adanya hipoksiaberat disertai hiperkapnia, hal ini membuktikan bahwa etiologi sesak napasnya adalah kelainan paru. Pada penderita CP dengan hipoksia yang bermakna (saturasi oksigen arterial £ 90%) seringkali menderita polisitemia.

F Polisitemia (hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun). Saturasi oksigen kurang dari 85%; PCO2 dapat meningkat atau normal.

F Faal paru menurun, yaitu:

S F.V.C. berkurang (N = 5,80 L)

S F. E. V1 berkurang (N = 4,32 L)

F Analisa gas darah:

S PO2 kurang dari 6o mmHg

S PCO2 lebih besar dari 49 mmHg

F pH darah rendah

F Waktu sirkulasi stadium dekompensata akan memanjang

J PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI

Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis CP. Tetapi pada penderita CP dengan PPOM sebagai penyakit dasarnya, seringkali sulit untuk mendapatkan gambar ekokardiografi tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri. Pada pemeriksaan M mode, katup pulmonal menunjukkan tanda hipertensi pulmonal. Pemeriksaan ekokardiografi dengan Doopler dan atau dengan Color Mapping dapat ditunjukkan adanya regurgitasi trikuspidalis dan katup pulmonal.

J RONTGEN DADA

Radiografi dada menyingkirkan ada tidaknya penyakit parenkim paru dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang menonjol atau membesar.

J PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tes fungsi paru biasanya dapat mengkonfirmasi penyakit paru yang mendasari. Ekokardiogram diharapkan menunjukkan ukuran dan fungsi ventrikel kiri normal tetapi ventrikel kanan dilatasi. Scan paru perfusi jarang memberikan manfaat, jika negatif dapat untuk menyingkirkan emboli paru, suatu penyebab cor pulmonale yang cukup sering. Angiografi pulmoner merupakan metode diagnosis yang paling spesifik untuk adanya emboli paru, tetapiu cara ini meningkatkan risiko jika dilakukan pada pasien dengan hipertensi pulmonal.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

F Terapi ditujukan pada proses- proses paru yang menyebabkan gagal jantung kanan. Pemberian oksigen, pembatasan garam dan cairan, dan diuretik tetap dilakukan; digitalis tidak diperlukan untuk gagal jantung kanan kecuali jika ada fibrilasi atrial.

F Istirahat

F Atasi infeksi saluran nafas

F Memperbaiki ventilasi

F Bronkodilator

F Aspirasi sekret bronkus

F O2 (1- 3 1/m)

F Jika dekompensasi diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah garam. Pemberian digitalis harus berhti- hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang rendah mudah terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik, dan bahaya intoksikasi lebih besar.

F Antibiotik sering diberikan, dan dalam keadaan terpaksa juga diberikan oksigen dengan alat pernafasan khusus supaya oksigen cukup didalam darah.

asuHan kePerawaTan eFusi pLeuRa

BAB I

Konsep Dasar

1. Definisi

Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)

Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)

2. Agen Penyebab

a) Neoplasma seperti :

1) Neoplasma bronkhogenik

2) Neoplasma metastasik

b) Kardiovaskuler seperti :

1) Gagal jantung kongestif

2) Embolus pulmonar

3) Perikarditis

c) Penyakit pada abdomen

1) Pankreatitis

2) Asites

3) Abses

4) Sindrom melgs

d). Infeksi yang disebabkn bakteri seperti:

1) Virus

2) Jamur

3) Mikrobakterial

4) Parasit

e) Trauma

f). Lain-lain seperti:

1) Lupus erimatrosus sistemik

2) Reumathoid athritis

3) Sindrom nefrotik

4) Urema.

Mikroorganisme

3. Patofisiologi

Alveoli

Inflamasi Paru

Terbentuk pus / nanah

Permeablitas Kapiler meningkat

Terjadi tekanan interstisial pleura

Cairan masuk ke intestinum

Akumulasi di jaringan pleura

Terjadi Efusi

Akibat masuknya organisme di dalam alveoli maka terjadi inflamasi pada paru-paru dan terbentuknya pus/nanah yang berakibat pada permeabilitas kapiler meningkat, kemudian terjadi tekanan di interstisinal pleura, dan cairan masu ke intestinum. Terjadi akumulasi di jaringan pleura akibat adanya efusi.

4. Manifestasi Klinis

Gejala yang paling sering ditemukan, tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya adalah sesak napas dan nyeri dada.

Gejala lain yang mungkin ditemukan :

a. Batuk

b. Cegukan

c. Pernapasan cepat

d. Nyeri perut

5. Komplikasi

Komplikasi pada efusi pleura adalah :

a. Infeksi

b. Fibrosis paru

6. Pemeriksaan Penunjang

Ada 2 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu :

a) Pemeriksaan fisik Pada daerah efusi, fremitus tidak ada, perkusi redup, suara napas berkurang.

b) Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan diagnostik berikut ini:

(1) Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukan adanya cairan.

(2) CT Scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairandan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru dan tumor.

(3) USG dada4 USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.

(4) Torakosentesis Penyebab dan jenis efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh dari torakosentesis.

(5) Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.

(6) Analisa cairan pleura

(7) Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menentukan sumber cairan yang terkumpul.

7. Penatalaksanaan

Ø Jika jumlah cairan sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya.

Ø Jika jumlah cairan banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).

Ø Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum (selang) dimasukkan kedalam ronga pleura. Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini uga bias dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter.

Ø Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.

Ø Diberikan antibiotik pada empyema, dan apabila nanahnya sangatkental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka dilakukan pembedahan (operatif) untuk memotong lapisan terluar dari pleura.

BAB II

Askep Efusi Pleura

1. Pengkajian

a. Aktivitas / istirahat

Gejala :

Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.

b. Sirkulasi

Tanda:

1) Takikardia

2) Frekwensi tak teratur / disritmia

3) S3 dan S4 / irama jantung gallop

4) Tanda Homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyut jantung. udara pada mediastinum.

5) Tekanan darah : hipertensi / hipotensi

c. Integritas ego Tanda : ketakutan / gelisah

d. Makanan / cairan Tanda : adanya pemasangan I.V vena sentral / infus tekanan.

e. Nyeri / kenyamanan

Gejala :

1) Nyeri dada unilateral, meingkat karena pernapasan, batuk.

2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pnemotorak spontan).

3) Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleura).

Tanda:

1) Berhati-hati pada area yang sakit

2) Prilaku distraksi

3) Mengkerutkan wajah

f. Pernapasan

Gejala:

1) Kesulitan bernapas, lapar napas

2) Batuk

3) Riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru(empyema / efusi), keganasan (misal : obstruksi tumor)

a) Pneumotorak spontan sebelumnya.

Tanda :

1) Pernapasan : peningkatan frekwensi / takipnea

2) Peningkatan kerja napas, penurunan otot eksesori, pernapasan dada, refreksi interkostal, ekspansi abdominalis kuat.

3) Bunyi napas menurun atau tidak ada.

4) Fremitus menurun

5) Perkusi dada ditemukan : hipersonan, bunyi pekak di antara atau di atas

area yang terisi cairan.

6) Observas dan palpasi dada: penurunan pengembangan torak (area yang sakit)

7) Kulit : pucat, sianosis, berkeringat.

8) Mental : ansietas, gelisah, bingung.

b) Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif / terapi PEEP.

g. Keamanan

Gejala : adanya trauma dada, radiasi, kemotrapi untuk keganasan.

h. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas

i. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala :

Riwayat faktor reiko keluarga, tuberkulosis kanker, adanya bedah intra torakal / biopsi paru, bukti kegagalan membaik

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual / potensial.Adapun diagnosa keperawatan pada efusi pleura adalah sebagai berikut:

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi

3) Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam

5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.

7) Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Efusi Pleura

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Batuk produktif menetap, napas cepat, dispnea

Objektif

Rales

AGD menunjukkan hasil tidak normal

Perubahan gerakan dada

Penurunan kapasitas vital

Fase ekspirasi yang lama

Pnenggunaan obat-obatan untuk bernapas

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi

Kriteria Evaluasi : :

Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1. Kaji Penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihsn atau depresi pernapasan yang optimal

2. Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur, duduk di kursi beberapa kali sehari

3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan menungkat denagn aktivitas

4. Bantu respon setiap 8 jam jika mungkin

5. Dorong klien untuk melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif lima kali setiap jam

6. Artikulasi bidang paru selama 8 jam

7. Konsul dokter jika gejala-gejala pernapasan yg ada bertambah berat.

Kolaborasi :

8. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

9. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil AGD. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan kanula nasal.

10. Konsul ke bagian terapi pernapasan dan dokter, untuk pengobatan tambahan dengan aerosol jika gagal napas terjadi diantara jadwal pengobatan.

Kedalaman pernapasan dipengaruhi oleh situsi nyeri pada saat bernapas, keletihan dan depresi

Meningkatkan kemampuan ekspanai paru, jiak klien dalam posisi duduk kemampuan ekspansi paru akan meningkat.

Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu

Membantu drainase postural, mencegah depresi jaringan paru/dada untuk Pernapasan

Meningkatkan ekspansi paru dan asupan oksigen ke paru dan system peredaran darah

Mengevaluasi kondisi yang mungkin dapat memperburuk ventilasi dan perfusi jaringan.

Hal tersebut merupakan tanda awal terjadinya komplikasi.

Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat dikeluarkan pada saat batuk.

Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dgn menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt dialirkan melalui masker oksigen, hal tsb seringkali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distres pernapasan

Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada

Diagnosa Keperawatan 2

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri, ansietas, posisi tubuh, kelelahan dan hiperventilasi

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Sesak napas (Dispnea), napas pendek

Objektif

Perubahan gerakan dada

Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi

Penuruan ventilasi semenit

Ortopnea

Napas cuping hidung

Penurunan kapasitas vital

Fase ekspirasi yang lama

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Menignkatkan / mempertahankan ekspansi paru untuk Oksigenasi / ventilasi adekuat.

Kriteria Evaluasi : :

Pola pernapasan yang efektif, ekspansi dada normal, dan tidak terjadi nyeri.

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1. Identifikasi etiologi / faktor pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik.

2. Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan / pernapasan serak,dispnea, keluhan “ lapar udara ” terjadinya sianosis, perubahan tanda vital.

3. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila menggunakan ventilasi mekanik. Catat perubahan tekanan udara.

4. Awasi pasang-surutnya air penampung. Catat apakah perubahan menetap atau sementara.

5. Posisikan sistem drainase selang untuk fungsi optimal, contoh koil selang ekstra di tempat tidur, yakinkan selang tidak terlipat atau menggantung di bawah saluran masuknya ke wadah drainase. Alirkan akumulasi drainase bila perlu.

6. Catat karakter / jumlah selang dada.

7. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas vital/pengukuran volume tidal.

8. Ajarkan napas dalam

9. Latih individu bernapas berlahan dan efektif

Kolaborasi :

1. Kaji seri foto torak.

2. Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi gagal bernapas dalam proses pengobatan

pemahaman penyebab kolaps paru perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih tindakan terpeutik lain.

distress pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok

kesulitan bernapas dengan ventilator dan / atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya kondisi komplikasi (misalnya rupture spontan dari bleb, terjadinya pneumotorak)

botol penampung bertindak sebagai manometer intra pleural ( ukuran tekanan intrapleural);sehingga fluktuasi ( pasang surut ) menunjukan perbedaan tekananantara inspirasi dan ekspirasi.

posisi tak tepat ataupengumpulan bekuan / cairan pada selang mengubah tekanan negativyang diinginkan dan membuat evakuasi udara / cairan.

berguna dalammengevaluasi perbaikan kondisi / terjadinya komplikasi / perdarahanyang memerlukan upaya intervensi.

mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi, perlu untuk kelanjutan atau gangguan dalam terapi.

Memungkinkan pernapasan terkontrol efektif

Meningkatkan pernapasan efektif

mengawasi kemajuan perbaikan hemotorak / pneumotorak dan ekspansi paru. Mengidentifiasi kesalahan posisi selang endotrakeal mempengaruhi inflasi paru.

Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada

Diagnosa Keperawatan 3

Nyeri akut berhubungan dengan efusi pleura

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Mengeluh nyeri pada saat bernapas

Objektif

Gerakan menghindari nyeri

Perubahan napsu makan

Suhu tubuh meningkat

kultur sputum positif.

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Mendemonstrasikan bebas dari nyeri.

Kriteria Evaluasi :

Tidak terjadi nyeri, Napsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks, dan suhu tubuh normal.

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1. Amati perubahan suhu setiap 4 jam

2. Amati kultur sputum

3. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti alat tenun yg kering setelah diaforesis, memberi minim hangat, lingkungan yg tenang dgn cahaya yg redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada kulit dan bibir.

4. Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti :

- Mandi air hangat

- Kompres air hangat

- Selimut yg tidak terlalu tebal

- Tingkatkan masukan cairan

Kolaborasi :

1. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.

2. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang terjadi maupun penyimpangan yang terjadi

Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.

Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme.

Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif

Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.

Diagnosa Keperawatan 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Mengeluh lemah dan lesu

Objektif

Mengatakan anoreksia

makan kurang 40% dari yg seharusnya

penurunan berat badan.

.

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Kriteria Evaluasi :

Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan nyaman.

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Raionalisasi

Mandiri :

1. Pantau :

- persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan.

- timbang BB setiap hari

- Hasil pemeriksaan : protein total,

albumin dan osmalalitas.

2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.

3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan TKTP.

4. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat.

Kolaborasi :

1. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit

Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan

sasaran yg diharapkan.

Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan

Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme. Masukan nutrisi yg adekuat, vitamin, mineral dan kaloriuntuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.

Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.

Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.

Diagnosa Keperawatan 5

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Gelisah

Cemas

Takut

Marah

Menyesal

Dispnea

Objektif

Kontak mata yang buruk

Gelisah

Ketakutan

Gembira berlebihan

GemetarTujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan

Kriteria Evaluasi :

Peningkatan pengetahuan pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan, meningkatkan rasa nyaman serta mengurangi dispnea

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1. Jeladkan tujuan pengobatan pada pasien

2. Ajarkan tindakan yang dapat mengontrol dispnea

3. Kaji patologi masalah individu.

4. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.

5. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

Kolaborasi :

1. Identifikasi kemungkinan kambuh / komplikasi jangka panjang

Mengorientasi program pengobatan. Membantu menyadarkan klien untuk memperoleh kontrol

Pengontrolan dispnea melalui pengontro;am seimbang, istirahat cukup dan aktivitas dapat ditoleransi

Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberika pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pe R

berulangnya pneumotorak/hemotorak memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.ntingya Intervensi te

mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.rapeutik.

penyakit paru yang ada seperti PPOM berat dan keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh. Selain itu klien sehat yang menderita pneumotorak spontan, insiden kambuh 10%-50%. Orang yang mempunyai episode spontan kedua beresiko tinggi untuk insiden ketiga

Diagnosa Keperawatan 6

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gas terhadap efusi pleura, nyeri akut, imobilitas, kelemahan umum.

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerahan tenaga

Melaporkan Keletihan atau kelemehan

Objektif

Denyut jantung dan tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas

Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukan aritma atau iskema

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Dapat beraktivitas sebagaimana biasanya

Kriteria Evaluasi :

-Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan tubuh, penghematan energi,dan perawatan diri

-Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat dicapai atai dipertahankan secara realistis

-Menampilkan aktivita sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi

-Mengurangidispnea

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

2. Anjurkan program hemat energi

3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap

4. Ajarkan teknik napas efektif

5. Pertahankan terapi oksigen tambahan

6. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas

7. Beri waktu istirahat yang cukup

Merokok, suhu ekstrim dan stre menyebabkan vasokonstruksi pembuluh garah dan peningkatan beban jantung

Mencegah penggunaan energi berlebihsn

Mempertahankan pernapasan lambat dengan tetap mempertahankan latihan fiisk yang memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan

Meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi

Mempertahankan, memperbaikidan meningkatkan konsentrasi oksigen darah

Respon abdomen melipuit nadi, tekanan darah, dan pernapasan yang meningkat

Meningkatkan daya tahan pasien, mencegah keletihan

Diagnosa Keperawatan 7

Risiko trauma / penghentian napas berhubungan dengan kelelahan, penglihatn buruk gangguan keseimbangan, kurang kewaspadaaan keamanan, gangguan emosional dan riwayat trauma sebelumnya.

Batasan Karakteristik :

Subjektif

Cemas, takut (mengatakan dampak trauma akibat penyakit tersebut atau cidera)

Nyeri pada daerah yang dipasang kateter

Objektif

Gelisah, tidak nyaman, ansietas,

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Tidak terjadi trauma

Kriteria Evaluasi :

Tidak terjadi dampak atau akibat lebih lanjut akibat penyakit dan cidera yang dialami; adanya pengendalian resiko

Intervensi dan Rasionalisasi

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri :

1. Kaji dengan klien tujuan / fungsi unit drainase dada, catat gambaran keamanan.

2. Pasangkan kateter torak ke dinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum memindahkan atau mengubah posisi klien.(kolaborasi)

3. Amankan sisi sambungan selang.

4. Beri bantalan pada sisi dengan kasa / plester.

5. Amankan unit drainase pada tempat tidur klien atau pada sangkutan / tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah.

6. Berikan transportasi aman bila klien dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik.

7. Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, adanya / karakteristik drainase dari sekitar kateter. Ganti / pasang ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan.

8. Anjurkan klien untuk menghindari berbaring / menarik selang.

Kolaborasi :

9. Rujuk dengan dokter apabila terlihat gejala-gejala penting

Memberikan informasi tentang bagaimana sistem bekerja memberikan keyakinan, menurunkan ansietas klien.

mencegah terlepasnya kateter dada atau selang terlipat dan menurunkan nyeri / ketidaknyamanan sehubungan dengan penarikan atau menggerakkan selang.

mencegah terlepasnya selang.

Melindungi kulit dari iritasi / tekanan.

Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko kecelakaan jatuh / unit pecah.

Meningkatkan kontinuitas evakuasi optimalcairan / udara selama pemindahahan.

memberikan pengenalan dini dan mengobati adanya erosi / infeksi kulit.

Menurunkan resiko obstruksi drainase / terlepas selang.

Menghindari terjadinya truma dan komplikasi

BAB III

Kesimpulan

- Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. (Asril Bahar ; Penyakit-penyakit Pleura, Jilid II, FKUI 1990, Hall : 705-805)

- Efusi pleura adalah penumpukan cairan secara abnormal dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental. (Buku Keperawatan Medikal Bedah ; Bronner & Suddarth, Edisi 8 Vol : 1: EGO)

- Dimana konsep dasar terdiri dari : Definisi, Agen Penyebab, Patofisiologis, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, dan Penatalaksanaan

- Dan Asuhan Keperawatan secara teoritis terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

- Boughman, Diane C, (Alih Bahasa oleh Yasmin Asih) . 2000. Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.

- Doengoes, Marilynn E .1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.

- Tlerney Lawrence M.dkk. 2002. Diagnosa Dan Terapi Kedokteran. Jakarta “Salemba Medika

- Nursalam . 2001 . Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pearce, Evelyn C (2002). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.

- Tamsuri, Anas.2004. Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.

- Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Penerbit buku Kedokteran.

By :
Free Blog Templates