Askep pasien teori Infertilitas

I. Pengkajian

1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
A. Pada wanita
a) Riwayat kesehatan dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
o Riwayat infeksi genitourinaria
o Hypertiroidisme dan hypotiroid

o Infeksi bakteri dan virus, exs : toksoplasma
o Tumor hipofisis atau prolaktinoma
o Riwayat penyakit menular seksual
o Riwayat kista

b) Riwayat kesehatan sekarang
o Endometriasis dan endometritis
o Vaginismus (kejang pada otot vagina)
o Gangguan ovulasi
o Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan serviks
o Autoimun

c) Riwayat kesehatan keluarga
o Memiliki riwayat saudara / keluarga dengan aberasi genetik

d) Riwayat obstetric
o Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
o Mengalami aborsi berulang
o Sudah pernah melahirkan tetapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

B. Pada pria
a) Riwayat kesehatan dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda yang membahayakan reproduksi (panas, radarasi, rokok, narkkotik, alkohol, infeksi)
o Status gizi dan nutrisi terutama protein dan vitamin tertentu
o Riwayat infeksi genitourianaria
o Hipertiroidisme dan hipotiroid
o Tumor hipofisis atau prolaktinoma
o Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
o Konsumsi obat – obatan yang mengganggu spermatogenesis
o Pernah mengalami operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi, exs : operasi prostat, operasi tumor saluaran kemih
o Riwayat vasektomi


b) Riwayat kesehatan sekarang
o Disfungsi ereksi berat
o Ejakulasi retrograt
o Hypospadia / epispadia
o Mikropenis
o Andesensus testis (testis masuk dalam perut / lipatan paha)
o Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk, dan mortilitas sperma)
o Saluran sperma yang tersumbat
o Hernia scrotalis
o Varikhokel (varises pembuluh darah balik testis)
o Abnormalitas cairan semen

c) Riwayat kesehatan keluarga
o Memiliki riwayat saudara / keluarga dengan aberasi genetik

II. Pemerikasaan fisik
berbagai kelainan pada organ genital, pria atau wanita

III. Pemeriksaan penunjang
A. Pada wanita
a) Deteksi ovulasi
o Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature)
o Uji lender serviks metode berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan serviks ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma

b) Analisa hormone
o Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hyphotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi

c) Sitologi vagina
o Pemeriksaan usao forniks vagina untuk mengetahui keadaan epitel vagina

d) Uji pasca senggama
o Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca coital)

e) Histerosalpinografi
o Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebalikanya dilakukan 2 – 3 hari sebelum haid

f) Laparoskopi
o Standar untuk mengetahui kelainan tuba dan peritonium
g) Pemeriksaan pelvis ultrasound
o Untuk memvisualisasikan jaringan pelvis, misalnya untuk mengidentifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

B. Pada pria
a) Analisa semen
b) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hypotalamus, hipofisis. Jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormone testosteron
c) USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminaris, atau saluaran ejakulasi
d) Biopsy testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sempel jaringan testis memakai metode invasive untuk mengidentifikasi adanya kelainan patolaogi
e) Uji penetrasi sperma
f) Uji hemizona

IV. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
TUJUAN : Mengurangi ansietas / rasa takut

INTERVENSI
RASIONAL

Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat

Kriteria evalausi :
 Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
 Klien memperlihatkan adanya peningkatan control diri terhadap diagnose infertile
 Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
 Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
 Mengidentifikasi aspek positif diri

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
TUJUAN : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri

INTERVENSI
RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil
Menunjukan keopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif

Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya Membantupasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi
Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian

3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
TUJUAN : Memfasilitasi proses berduka

INTERVENSI
RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan

Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar – menawar, depresi, penerimaan Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda

Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain

Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari rasa berduka
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk Identifikasi dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual

Kolaborasi : rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan

Kriteria evaluasi, pasien akan:
 Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
 Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
TUJUAN : nyeri dapat teratasi

INTERVENSI

RASIONAL
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri
Memberikan kesemapatn untuk pemberian analgesik sesuai waktu
Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat
Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang control terhadap prognosis

TUJUAN : mengembalikan kemandirian pasien

INTERVENSI

RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat kekeurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara induvidual

Hindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri

Sadari prilaku / aktivitas impulsive karena gangguan dalam mengambil keputusan
Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien

Pertahan kan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten

Kriteria evalausi :
 Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawtan diri
 Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
 Mengidentifikasi sumber pribadi / komunitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan


6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

TUJUAN : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga

INTERVENSI

RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseoarang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi sterssor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “ apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang di inginkan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, dibanding membatalkan tujuan dari / keluarga.
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya

Kriteria evalausi :
 Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
 Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
 Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
 Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : EGC
Lion, Elizabeth M. 1982.Human sexuality in Nursing Prosess.New York ; Wiley medical

0 komentar:

By :
Free Blog Templates