BPH adalah pembesaran atau hypertropi
prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung
kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan
hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasia (sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi
gepeng dan disebut kapsul surgical.
Maka dalam literatur di benigna
hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi
prostat sudah umum dipakai.
BPH adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostate yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan
urine (urethra).
Benigna Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya
adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia
yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai
bedah.
A. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat
Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang
bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh
karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan
endokrin. Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari
BPH adalah:
Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan
karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.
Ketidakseimbangan endokrin.
Faktor umur / usia lanjut.
Unknown / tidak diketahui secara pasti.
Hingga sekarang masih belum diketahui
secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis
menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Beberapa teori atau hipotesis yang
diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:
1. Teori Hormonal
Teori ini
dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka tidak terjadi BPH,
juga terjadinya regresi BPH bila dilakukan kastrasi. Selain androgen
(testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya BPH. Dengan
bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer
dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang
terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron
diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian
estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah
perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan
produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat.
Dari berbagai
percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan, bahwa dalam keadaan
normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen
testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya
usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan
menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen.
Hal ini
mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon
estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri
dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen
dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Peranan dari growth
factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat
peptic growth factor yaitu; basic
transforming growth factor, transforming growth factor β1, transforming growth
factor β2, dan epidermal growth
factor.
3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat
karena Berkurangnya Sel yang Mati
4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ
lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada
dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam
jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat
berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah
sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel
kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dihydro Testosteron (DHT)
Testosteron yang
dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal
(10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi
sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron
bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell” yaitu
sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam
sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase 5 dyhidro testosteron
yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi “hormone receptor
complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini mengalami transformasi
reseptor, menjadi “nuclear receptor” yang masuk kedalam inti yang kemudian
melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA.
RNA ini akan
menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar
prostat.
6. Teori Reawakening
Mc
Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada kelenjar
periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme “glandular budding” kemudian
bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan
epiteleal budding dan “glandular morphogenesis” yang terjadi pada embrio dengan
perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya “reawakening” yaitu
jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga
jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya,
sehingga teori ini terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic induction
potential of prostatic stroma during adult hood.
Selain
teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang penyebab
terjadinya BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori
infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas
hubungan seks, teori peningkatan kolesterol, dan Zn yang kesemuanya tersebut
masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya.
B. PATOLOGI ANATOMI
Kelenjar prostate adalah suatu
kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal
uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan
ukuran rata-rata:
Panjang 3.4
cm
Lebar 4.4 cm
Tebal 2.6 cm.
Secara embriologis terdiri dari 5
lobus:
Lobus medius
1 buah
Lobus
anterior 1 buah
Lobus
posterior 1 buah
Lobus lateral
2 buah
Selama perkembangannya lobus medius,
lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada
penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan
lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan
seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.
Pada potongan melintang uretra pada
posterior kelenjar prostat terdiri dari:
Kapsul anatomis
Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa
dan jaringan muskuler
Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok
bagian:
Bagian luar
disebut kelenjar sebenarnya
Bagian tengah
disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone
Di sekitar
uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar
tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus
ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja
prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada orang dewasa sedikit
teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba. Sedangkan pada penampang
tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik.
Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi
lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih
ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti
susu. Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu,
padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini
dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah.
Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis
jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari
vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.
0 komentar:
Posting Komentar