A. DEFINISI
Kemandulan adalah ketidak mampuan sepasang suami isteri untuk mencapai kehamilan setelah selama 1 ( satu ) tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak mengunakan alat kontrasepsi.
Kemandulan primer adalah istilah yang digunakan jika sepasang suami isteri sama sekali belum pernah memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami isteri pernah memiliki anak ( minimal 1 kehamilan ), tetapi kehamilan berikutnya tidak berhasil dicapai, maka digunakan istilah kemandulan sekunder.
B. PENYEBAB
Sekitar 30-40% kasus disebabkan oleh faktor pria, seperti:
1. Masalah pada sperma.
Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk menghantarkan sejumlah sperma yang normal kedalam vagina wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhhi proses tersebut sehingga bisa terjadi kemandulan:
a. Peningkatan suhu didalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efisien adalah pada suhu 33,5 0C ( lebih rendah dari suhu tubuh ). Testis bisa berada pada suhu tersebut karena terletak didalam skrotum yang berada di luar rongga tubuh. Faktor lain yang bisa mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian mariyuana atau obat-obatan ( misalnya simetidin, spironolakton dan notrofrurantoin ).
b. Penyakit serius padsa testis atau penyumbatan atau tidak adanya vasdeferens ( kiri dan kanan ) bisa menyebabkan azospermia ( tidak terbentuk sperma sama sekali ). Jika didalam semen terdapat fruktosa ( gula yang dihasilkan oleh vesikula seminalis ) berarti tidak terdapat vasdeferens atau tidak terdapat vesikula seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatoris.
c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria . Varikokel adalah varises didalam skrotum, yang dapat menghalangi pengaliran darah dari testis dan menmgurangi laju mpembentukan sperma.
d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen mengalir kedalam kandung kemih dan bukan kepenis. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul (terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes. Dan bisa juga karena kelainan fungsi saraf.
2. Impotensi.
3. Kekurangan hormon
4. Polusi lingkungan
5. Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.
Sekitar 40-50 % kemandulan disebabkan oleh faktor wanita :
1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.
2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium), jika seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebabnya lalu dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepasnya GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) oleh hipotalamus.
3. Kelainan hormon
4. Kekurangan gizi
5. Kista ovarium
6. Infeksi panggul
7. Tomur.
8. Kelainan lendir
Lendir pada serviks bertindak sebagai penyaring yang menghalangi masuknya bakteri dari vagina kedalam rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali pada fase folikuler dari siklus menstruasi. Selama fase folikuler, terjadi peningkatan hormon estradiol sehingga lendir lebih jernih dan elastis dan bisa ditembus oleh sperma . selanjutnya sperma menuju ke rahim lalu ke tuba falopii dan terjadilah pembuahan pada toba falopii.
9. Kelaianan sistem pengangkutan dari leher rahim ke tuba falopii.
10. Kelaianan pada tuba falopii. Penyebab yang utama adalah:
a. Infeksi
b. Endometriosis
c. Pengikatan tuba falopii pada tindakan sterilisasi.
C. GEJALA
Gejala yang timbul tidak kunjung hamil. Reaksi emosional (baik pada isteri,
suami maupun keduanya) kerena tidak memiliki anak. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya pada suami, isteri maupun keduanya bisa sangat berat. Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan.
D. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat (seperti distribusi lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai).
Pemeriksaan Sistem Reproduksi
1. Wanita.
a. Deteksi ovulasi.
• Meliputi pengkajian BBT ( basal Body Temperature)
• Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma.
b. Analisa hormon.
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium==> hipofisis ==> hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
c. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengatahui perubahan epitel vagina.
d. Uji pasca senggama
mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca koitus).
e. Biopsi endometrium terjadwal.
Mengetahui pengaruhprogesteron terhadap endometrium dan sebaiknya sebaiknya dilakukan pada 2-3 sebelum haid.
f. Histerosalpinografi.
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut danadesi akibat proses peradangan. Dilakuka secara terjadwal.
g. Laparoskopi
Standar emas untuk mengatahui kelaianan tuba dan peritonium.
h. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelianan, perkembangan dan maturasi folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
2. Pria
a. Analisa semen.
• Parameter
• Warna putih keruh
• Bau bunga akasia
• Ph 7,2 – 7,8.
• Volume 2-5 ml
• Vikositas 1,6 – 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50 %
• Bentuk normal > 60 %
• Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
• Persentasi gerak motil > 60 %
• Aglutinasi tidak ada
• Sel – sel sedikit, tidak ada
• Uji fruktosa 150 – 650 mg/dl.
b. Pemeriksaan endokrin
Pemeriksan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipotalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai akibat infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormon testosteron, FSH dan LH.
c. Ultrasonografi ( USG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis atau seluruh ejakulatori.
d. Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sapel jaringan testis memakai metode invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona
E. PENATALAKSANAAN
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lender serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital.
b. Pemberian terapi obat, seperti:
• Stimulasi ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tiroid stimulating hormon (TSH).
• Terapi penggantian hormon
• Glukokortiroid jika terdapat hiperplasi adrenal.
• Penggunaan antibiotik yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat.
c. Gemete Intrafallopian Transfer (GIFT).
d. Laparoktomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas.
e. Bedah plastik, misalnya penyatuan uterus bikonuate.
f. Pengangkatan tumor atau fibroid.
g. Eliminasi vaginitis atau servisitis denmgan antibiotika atau kemoterapi.
2. Pria.
a. Penekanan produksi sperma unyuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat.
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosterone Spionat untuk stimulasi kejantanan.
d. HCG secara intra muskular memperbaiki hipoganadisme.
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis.
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus.
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik.
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi, seperti perbaikan nutrisi, tidak membiasakan celana yang panas dan ketat.
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.
F. PENCEGAHAN
1. Kemandulan seringkali sebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko kemandulan dimasa yang akan datang.
2. Imunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan komplikasinya pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah dengan menjalani imunisasi gondongan.
3. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki resiko kemandulan lebih tinggi misalnya; IUD. IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harapan, Rustam E. 1994, Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2. http: // anggrekidea.Blogspot.com/ 2007/11/Infertilitas.html.
3. http://www.wikipedia.com
4. Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.
Konsep Dasar Infertilitas
Label: askep (keperawatan), Maternitas
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar