BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Krisis tirotoksik adalah bentuk lanjut dari hipertiroidisme yang sering berhubungan dengan stress fisiologis atau fisiologis. Krisis tiroid adalah keadaan kritis terburuk dari kasus tirotoksik. Penurunan kondisi yang sangat cepat dan kematian dapat terjadi jika tidak segera tertangani. Kondisi pasien kemungkinan berkembang secara spontan, tetapi ini sering terjadi pada
individu yang tidak terdiagnosa atau penanganan sebagian dari hipertiroidisme berat. (Hudak & Gallo, 1996).Kerja kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium. Defisiensi hormon tiroid ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang spesifik. Cretinism, misalnya, yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan dibawah normal disertai dengan retardasi mental merupakan akibat dari hormon tiroid yang inadekuat pada saat perkembangan janin. Kekurangan asupan yodium yang biasanya terjadi pada daerah goiter (gondok) endemis banyak terjadi karena defisiensi yodium menyebabkan hipotiroidisme sehingga mengakibatkan pembengkakan kelenjar (http://agathariyadi.wordpress.com, diakses tanggal 22 Maret 2010).
II. DEFINISI KELENJAR TIROID
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.
Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:
1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.
Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:
- Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
- Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:
- Hipotalamus
- Kelenjar Hipofisa
- Hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).
III. FUNGSI KELENJAR TIROID
1. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4), bentuk aktifnya triyodotironin (T3). Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.
2. Mengatur kecepatan metabolisme, kalorigenesis, dan konsumsi oksigen.
3. Mengatur metabolism lemak, protein, dan karbohidrat.
4. Membuat sel peka terhadap katekolamin.
5. Mengatur resorpsi kalsium dan fosfor oleh tulang.
6. Mengatur system reproduksi.
IV. PENYAKIT KELENJAR TIROID
Antara orang-orang yang berisiko menghadapi masalah penyakit kelenjar tiroid ialah:
Perempuan
Genetik
Mengidapi sakit pituitari atau endokrin yang lain
Usia lebih 60 tahun
Merokok
Ada dua jenis penyakit tiroid yang utama:
Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hipotiroidisme
Dalam kesehatan, hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih tinggi daripada orang biasa. Antara penyebab penyakit ini ialah :
Grave's disease. Antibodi di dalam badan menyebabkan tiroid membesar dan mengeluarkan lebih hormon. Selalunya semua (atau sebahagian besar) sel tiroid orang yang menghidapi penyakit ini mengeluarkan hormon berlebihan.
Thyroiditis (tiroid bengkak). Selalunya keadaan ini boleh elok sendiri.
Toxic nodule goitre. Terlalu banyak iodin di dalam makanan.
V. GEJALA KELAINAN TIROID
Gejala-gejala penyakit tiroid
Hipertiroidisme | Hipotiroidisme |
Denyut jantung yang cepat | Denyut nadi yang lambat |
Tekanan darah tinggi | Suara serak |
Kulit lembat & berkeringat banyak | Berbicara menjadi lambat |
Gemetaran | Alis mata rontok |
Gelisah | Kelopak mata turun |
Nafsu makan bertambah disertai penambahan berat badan | Tidak tahan cuaca dingin |
Sulit tidur | Sembelit |
Sering buang air besar & diare | Penambahan berat badan |
Lemah | Rambut kering, tipis, kasar |
Kulit diatas tulang kering menonjol & menebal | Kulit kering, bersisik, tebal, kasar Kulit diatas tulang kering menebal & menonjol |
Mata membengkak, memerah & menonjol | Sindroma terowongan karpal |
Mata peka terhadap cahaya | Kebingungan |
Mata seakan menatap | Depresi |
Kebingungan | Demensia |
VI. DIAGNOSA
Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pengukuran kadar TSH di dalam darah. Hormon ini merangsang kelenjar tiroid, karena itu jika kelenjar tiroid kurang aktif maka kadar hormon ini tinggi; sedangkan jika kelenjar tiroid terlalu aktif , maka kadar hormon ini rendah.
Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4 yang bebas dalam darah. Tetapi bisa juga dilakukan pengukuran kadar protein globulin pengikat tiroksin, karena kadar protein yang abnormal bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menilai kadar hormon tiroid total.
Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil, pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita hepatitis stadium awal dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi. Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid.
Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat.
Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil, pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita hepatitis stadium awal dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi. Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid.
Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat.
Skening kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa menunjukkan kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Skening tiroid juga bisa membantu menentukan apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau kurang aktif.
Jika masih belum yakin apakah kelainannya terletak pada kelenjar tiroid atau kelenjar hipofisa, maka dilakukan pemeriksaan perangsangan fungsional.
Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa.
Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa.
BAB II
MATERI
I. DEFINISI
Krisis tirotoksik adalah bentuk lanjut dari hipertiroidisme yang sering berhubungan dengan stress fisiologi atau psikologis. Krisis tiroid adalah keadaan kritis terburuk dari status tirotoksik. Penurunan kondisi yang sangat cepat dan kematian dapat terjadi jika tidak segera tertangani. Kondisi pasien kemungkinan berkembang secara spontan, tetapi ini sering terjadi pada individu yang terdiagnosa atau penanganan sebagian dari hipertiroidisme berat.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Istilah hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Ada beberapa factor yang bisa menyebabkan hipertiroidisme, tetapi ada dua yang paling lazim ditemukan, yaitu penyakit Grave dan goiter multinodular toksik. Penyebab hipertiroidisme adalah penyakit Grave, goiter multinodular toksik, tiroiditis, tirotoksikosis T3, dan hipertiroidisme dan akibat iodine (produksi hormone tiroid yang berlebihan) akibat pemberian iodine suplemen pada orang di daerah endemic goiter.
Pada hipertiroidisme, tiroid kehilangan kendali dalam mengatur fungsinya. Akibatnya, ada peningkatan konsentrasi hormone tiroid dan tanda kelebihan hormone tiroid. Kelebihan hormone tiroid meningkatkan kecepatan metabolism dan kalorigenesis; mengubah metabolism lemak, protein, dan karbohidrat; menstimulasi secara langsung system tubuh tertentu, misalnya seperti tulang; dan meningkatkan aktivitas adrenergic.
Efek hipertiroidisme pada system tubuh timbul Karen ainteraksi status hipermetabolik, meningkatnya sirkulasi, dan stimulasi adrenergic. Ada takikardia dan hipertiroidisme yang berat dapat berakhir pada fibrilasi atrial, disritmia, angina, dan gagal jantung kongestif.
II. KLASIFIKASI
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
1. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme
2. Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme
III. CIRI-CIRI PASIEN HIPERTIROIDISME
1. Tremor dan tampak gugup
2. Otot terasa lemas
3. Cepat lelah
4. Berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat
5. Intoleransi tehadap cuaca panas
6. Biasanya, pasien ini menunjukkan emosi yang labil, insomnia, dan untuk wanita, terjadi amenorea.
IV. ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH.
1. Penyebab Utama
· Penyakit Grave
· Toxic multinodular goitre
· ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
· Tiroiditis
· Penyakit troboblastis
· Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
· Pemakaian yodium yang berlebihan
· Kanker pituitari
· Obat-obatan seperti Amiodarone
V. PATOGENESIS
Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibodi reseptor thyroid simulating hormone (TSH) yang merangsang aktivitas tiroid, sedangkan pada goiter multinodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri. Ada pula hipertiroidisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari hipofisis, namun jarang ditemukan. Hipertiroidisme pada T3 tirotoksikosis mungkin diakibatkan oleh deiodinasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T, pada jaringan di luar tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroidisme seperti tiroiditis terjadi kebocoran hormon. Masukan hormon tiroid dari luar yang berlebihan dan terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme.
VI. PATOFISIOLOGI
VII. MANIFESTASI KLINIS
Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala; bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak mengalami gejala-gejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan kecepatan metabolisme tubuh.
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
Peningkatan frekuensi buang air besar
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
Gangguan reproduksi
Tidak tahan panas
Cepat letih
Tanda bruit
Pembesaran kelenjar tiroid
Mata melotot (exoptalmus)
Keringat berlebihan
Ketidaktoleranan panas
Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
Gemetaran
Kegelisahan; agitasi
Denyut jantung yang cepat
Kehilangan berat badan
Kelelahan
Konsentrasi yang berkurang
Aliran menstrual yang tidak teratur dan sedikit
Bengkak di leher
Degupan jantung bertambah, sentiasa berdebar-debar
Gementar dan gelisah, terketar-ketar
Haid tidak teratur, kurang atau tidak datang
Kesuburan turun
Penumpuan kurang
Kejang otot
Oesteoporosis (kereputan tulang)
Pengeluaran peluh banyak, bertambah. Kulit lembap
Suhu badan naik, tak tahan panas
Rambut tidak kuat
Sukar bernafas
Sukar tidur
Tekanan darah naik
Turun berat badan walaupun selera naik
Lemah
Orang yang menghidap hypothyroidism pula tidak mempunyai hormon tiroid yang cukup.
Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat mungkin berakibat pada "thyroid storm," suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan, juga mungkin terjadi.
VII. KOMPLIKASI
Meski tanpa adanya penyakit arteri koroner, krisis tiroid yang tidak diobati dapat menyebabkan angina pectoris dan infark miokardium, gagal jantung kongestif, kolaps kardiovaskuler, koma, dan kematian.
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106oF), dan, apabila tidak diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas
Hipertiroid yang menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi at kelainan ventrikel akan sulit dikontrol. Pada orang Asia dapat terjadi episode paral diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan adanya hipokalemia dal sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan h dapat mengalami penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma ginekomastia.
VIII. DIAGNOSA
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
Gemetaran-gemetaran,
Keringat berlebihan,
Kulit yang seperti beludru halus,
Rambut halus,
Suatu denyut jantung yang cepat dan
Suatu pembesaran kelenjar tiroid.
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karekteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata. Pada semua kasus-kasus, suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosisnya.
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan biasanya meningkat dengan hipertiroid. Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi hipertiroid adalah pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH dikeluakan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan hadir, TSH diatur untuk turun dan tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada tingkat-tingkat yang rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid. Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang berlebihan disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan TSH, maka tingkat-tingkat TSH akan menjadi tingginya tidak normal. Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai "hipertiroid sekunder".
Meskipun tes-tes darah yang disebutkan sebelumnya dapat mengkonfirmasi kehadiran dari hormon tiroid yang berlebihan, mereka tidak menunjuk pada suatu penyebab spesifik. Jika ada kelibatan yang jelas dari mata-mata, suatu diagnosis dari penyakit Graves adalah hampir pasti. Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk penyakit Graves) dan suatu thyroid scan menggunakan yodium yang dilabel radioaktif (yang berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat membantu mendiagnosis penyakit tiroid yang mendasarinya. Investigasi-investigasi ini dipilih atas dasar kasus per kasus.
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
1. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrabunyi untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid
5. Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis pada krisis tiroid mempunyai 4 tujuan: menangani factor pencetus, mengontrol pelepasan hormone tiroid yang berlebihan, menghambat pelepasan hormone tiroid, dan melawan efek perifer hormone tiroid. Tujuan penatalaksanaan keperwatan mencangkup, mengenali efek dari krisis tiroid, memantau hasil klinis secara tepat, dan memnerikan perawatan suportif untuk pasien dan keluarga.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Tujuan terapi adalah mengurangi pengeluaran hormone tiroid dan menghalangi efek hormone pada jaringan. Ada 3 macam terapi yang bias dipakai, yaitu obat antitiroid, radioaktif iodine 131, dan pembedahan. Pembedahan dan RAI mempunyai efek samping, yaitu hipotiroidisme. Biasanya, terlebih dahulu pasien diberi obat terapi untuk mencapai keadaan eutiroid (fungsi tiroid menjadi normal dahulu). Kemudian dilaksanakan pembedahan.
Uji Diagnostik
Uji diagnostic meliputi pemeriksaan terhadap :
1. Tirotoksin serum (t4) yang meningkat pada hipertiroidisme.
2. T3 serum.
3. TSH, rendah pada hipertiroidisme.
4. Ambilan radioaktif iodine (absorbsi) meningkat pada semua macama penyebab hipertiroidisme, kecuali tiroiditis. Pemeriksaan ini tidak akurat apabila pasien menerima iodine dalam beberapa hari sebelum pemeriksaan.
Medikasi
Ada tiga macam obat yang dipakai untuk hipertiroidisme, yaitu antitiroid atau Thiomides yang bisa menekan sintesis hormone tiroid, iodides untuk mneghindari keluarnya hormone tiroid, dan antagonis tiroid. Anatagonis tiroid adalah penyekat beta-adrenergik (Propanolol) dan antagois kalsium yang menghalangi efek hormone tiroid dalam sel tubuh.
Thioamides profiltiourasil (PTU) dan metimasol (Tapazole) adalah obat antitiroid yang paling sering dipakai. Efek obat ini lambat, sekitar 2-4 minggu baru tampak ada perbaikan. Hal ini terjadi karena efek obat ini menyekat sintesis tiroid, bukan sekresi atau keluarnya hormone. Obat ini diberikan selama 6-18 bulan.pasien dengan goiter yang mengecil dengan obat ini dan bisa memperthankna keadaan eutiroid, diharapkan akan mendapat remisi. Pasien memerlukan pemeriksaan medis yang teratur supaya bisa cepat diketahui bila mengalami eksaserbasi.
Terapi iodine radioaktif
Terapi RAI dengan iodine-131 sering dipakai karena dapat diberikan pada pasien yang berobat jalan. Juga lebih aman bagi sebagian pasien yang bisa menjadi resiko tinggi untuk pembedahan, terutama pada lansia. Perbaikan fungsi tiroid lebih cepat tampak dibandingkan dengan obat antitiroid.
RAI diberikan secara oral dalam dosis tunggal. Setelah obat dimakan, RAI dieliminasi dari tubuh dalam dua hari melalui urine, feses, keringat, dan saliva. Menyusui air susu ibu tidak diperbolehkan selama beberapa hari setelah obat diminum.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
b. Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3. Eliminasi
a. Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
4. Integritas / Ego
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b. Tanda : Ansietas peka rangsang.
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ).
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton).
6. Neurosensori
a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
b. Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
b. Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.
9. Keamanan
a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otototot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam.
10. Seksualitas
a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.
b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
C. Perencanaan / Intervensi.
DP. 1
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
Nadi perifer dapat teraba normal.
Vital sign dalam batas normal.
Pengisian kapiler normal
Status mental baik
Tidak ada disritmia
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
e. Catat masukan dan haluaran
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat
DP. 2
Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage
Rasional : Meningkatkan relaksasi
DP. 3
Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
Nafsu makan baik.
Berat badan normal
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia.
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
c. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai
DP. 4
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
Intervensi :
a. Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
b. Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
DP. 5
Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis
b. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
c. Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi
d. Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
DP. 6
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria : mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi
b. Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan
c. Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik sering kali sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan
DP. 7
Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berperilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
a. Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori
b. Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional :Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya.
c. Kaji tingkat ansietas
Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir
d. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
Rasional :Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran.
e. Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan
f. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional :Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik.
Rasional :Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir.
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8). EGC: Jakarta.
Baradero, Mary dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. EGC: Jakarta.
Carpenito. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2). EGC:Jakarta.
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III).EGC:Jakarta.
FKUI. 1979. Patologi, FKUI, Jakarta Askep Klien Hipertiroidisme By@Ismail, S.Kep, Ns, M.Kes 11
Hinchliff. 1999. Kamus Keperawatan. EGC: Jakarta.
Hudaks & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik Edisi VI Vol II. EGC: Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar