LONDON, KOMPAS.com — Foto dengan menggunakan sinar X umum dipakai untuk menegakkan diagnosis adanya fraktur (patah) tulang yang tidak bisa terlihat. Akan tetapi, fraktur yang terjadi di bagian panggul dan pinggul sering kali tidak bisa terdeteksi oleh sinar X.
Sejumlah peneliti dari Duke University, Inggris, mengingatkan para dokter yang hanya bergantung pada standar foto rontgen terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosis.
Dalam pengamatan yang dilakukan terhadap hasil foto rontgen 92 pasien menggunakan pemindaian tulang yang lebih detail, seperti MRI (magnetic resonance imaging), mereka menemukan 35 patahan tulang yang tak terlihat oleh foto rontgen.
"Saat ini, diagnosis patah tulang akibat kasus trauma umumnya diawali dan diakhiri dengan foto rontgen, termasuk pada patah tulang panggul, pelvis, atau keduanya. Pada beberapa kasus, melihat fraktur akibat trauma lebih sulit," kata Dr Charles Spritzer, ketua peneliti.
Spritzer dan timnya menyarankan, penggunaan MRI, seperti halnya foto rontgen, seharusnya dilakukan, khususnya pada pasien patah tulang panggul yang sebagian besar adalah orang tua yang risiko komplikasi dan kematiannya lebih besar.
"Diagnosis yang akurat pada kasus patah tulang panggul dan pelvis bisa mempercepat pertolongan pada pasien apabila diharuskan untuk operasi. Hal ini juga bisa mengurangi periode pasien di rumah sakit," kata Spritzer.
Fraktur pada tulang memiliki tanda pembengkakan atau memar di sekitar tulang, deformasi (perubahan bentuk) anggota tubuh, nyeri setempat yang makin terasa ketika bagian yang terkena digerakkan atau ditekan, serta tidak berfungsinya bagian yang cedera.
Patah tulang panggul dan pelvis 90 persen terjadi pada pasien yang berusia di atas 65 tahun. Dalam proses penuaan, tulang akan kehilangan mineral dan kepadatannya menurun. Menurunnya kepadatan secara bertahap akan melemahkan tulang sehingga mudah patah.
0 komentar:
Posting Komentar