Siapa yang tidak kenal dengan mie instan (noodle)? Mie diyakini diproduksi pertama kali di Cina. Sebutan instan yang berarti ?cepat? mengacu pada proses penyajian yang cepat dan sederhana baru mulai dipopulerkan tahun 1956 oleh Mamofuku Anda, pria berkewarganegaraan Jepang kelahiran Taiwan yang saat itu berusia 56 tahun. Awal idenya adalah menyediakan makanan cepat saji bagi penduduk yang saat itu mengalami krisis pangan, dampak buruk dari perang.
Kata ?noodle? sendiri diambil dari bahasa Jerman ?Nudel? dan ada hubungannya dengan bahasa Latin ?Nodus? yang berarti kumpulan/bundelan. Di dalam American English, noodle adalah nama generik dari adonan beragi yang terbuat dari banyak macam bahan-bahan. Noodle ini banyak ragam bentuknya. selanjutnya, mie instan ini berkembang ke berbagai belahan dunia seperti Jepang, Korea, kawasan Asia umumnya, dan tidak terkecuali Indonesia.
Namun, di balik kesuksesan produksi massal mie instan di seluruh dunia, terselip pertanyaan kecil yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini : apakah sehat mengkonsumsi mie instan? Kekhawatiran itu karena mie instan mengandung zat pewarna, zat pengawet yang diduga bersifat karsinogenik. Belum lagi sempat santer kabar bahwa mie instan mengandung lilin, dimana disarankan jika memasak mie, rebuslah dahulu dan buang air rebusan yang mengandung zat lilin tersebut. Benar tidaknya akan kita cari tahu bersama-sama. Banyak hal-hal menarik yang mungkin dapat menjawab rasa ingin tahu Anda.
Kandungan Mie Instan]
Sebuah media pernah memuat berita yang menggegerkan tentang seorang bocah berusia 6 tahun yang mengalami masalah serius di pencernaannya. Hasil diagnosa mengatakan bahwa masalah itu disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi mie instan. Berikut selengkapnya berita tersebut.
Benarkah hal ini? Apakah ada kemungkinan lain yang menyebabkan terjadinya perlengketan usus bocah tersebut? Setidaknya, marilah sama-sama kita lihat apa saja kandungan bahan dan gizi dalam mie instan ini.
Umumnya mie instan terbuat dari bahan yang sudah distandarisasi. Jika kita melihat bungkus belakang mie instan, kita bisa melihat bahwa berbagai produk mie instan mengandung bahan yang lebih kurang sama.
Komposisi Mie : Tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pengatur keasaman, pewarna makanan (Tartrazin CI 19140)
Bumbu : Garam, penguat rasa (mononatrium glutamat), gula, perisa ayam, bubuk lada, bubuk kair, perisa bawang putih, bubuk cabe, vitamin (A, B1, B5, B6, B12, Niasin, Asam Folat)
Di sini kita akan fokuskan pada 2 hal yaitu pewarna makanan (Tartrazin) dan penguat rasa (mononatrium glutamat / monosodiumglutamat / MSG).
Tartrazin CI 19140
Merupakan pewarna makanan, tapi lebih sering digunakan untuk pewarna minuman karena sifatnya yang larut dalam air. Warna yang dihasilkannya mulai dari kuning hingga merah. Tartrazin CI 19140 menghasilkan warna kuning lemon. Tartrazin digunakan untuk produk-produk biskuit, mie instan, cereal, instan soup, permen, es krim, minuman kaleng, dan sebagainya. Tartrazin juga digunakan pada produk bukan makanan seperti sabun, kosmetik, shampoo, moisturizer, pewarna alis, produk perawatan rambut dan sebagainya.
Pada penggunaannya, dilaporkan muncul reaksi hipersensitifitas (alergi) pada penderita asma dan intolerasi pada aspirin. Hal itu bisa disebabkan karena tertelan tartrazin ataupun kontak langsung kulit dengan tartrazin. Namun, insidensi kejadian intoleransi terhadap tartrazine ini relatif sedikit, sehingga disimpulkan penggunaannya pada dosis minimal masih dianggap cukup aman.
Begitupun problem intoleransi tartrazine ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Itulah sebabnya setiap bahan makanan yang mengandung tartrazine harus disebutkan pada label kemasan. Di Amerika, FDA (Food and Drug Administration) secara rutin memeriksa kalau-kalau ada produk yang mengandung tartrazine tapi tidak mencantumkannya, ataupun dicantumkan tapi belum diuji-coba, ataupun yang memiliki label tapi bukan FD&C yellow #5 (yaitu kode untuk tartrazine). Produk yang dicekal tersebut sering berasal dari ?mie instan telur? dari Cina.
Penggunaan tartrazine sempat dilarang di Norwegia, Austria dan Jerman, sampai pada akhirnya larangan itu dicabut oleh direksi Persatuan Eropa.
Mononatrium Glutamat
Senyawa ini lebih sering dikenal sebagai monosodium glutamat (MSG). Dalam bahasa latin, sodium adalah sinonim dari natrium.penggunaan MSG dalam makanan adalah untuk penguat rasa / penyedap rasa. Sama seperti Tartrazine, senyawa ini dilaporkan menyebabkan reaksi intolerasi pada beberapa orang seperti migrain, alergi, mual, muntah, dan sebagainya. Karena itulah apabila produk mengandung MSG, maka pabrik harus mencantumkannya di label kemasan. Bentuk asli MSG bisa Anda lihat di butiran-butiran kristal putih bubuk Ajinomoto.
Lilin dalam Mie Instan]
Dengan hanya mengetahui informasi komposisi dan bahan kiranya masih belum bisa menjelaskan apakah mengkonsumsi mie instan itu sehat, aman, dan tidak merusak kesehatan. Belum pula bisa menjelaskan mengapa usus bocah 6 tahun yang dijelaskan di atas lengket yang diduga penyebabnya adalah mie instan.
Sudah lama kita ketahui isu lilin dalam mie instan. Berbagai pembahasan dipaparkan untuk menegakkan dugaan keberadaan lilin tersebut. Tapi saya pribadi sangat skeptikal tentang hal ini. Jika isu lilin ini memang benar adanya, mestinya usus bocah tersebut tidak lengket, sebagaimana mie instan itu tidak lengket satu sama lain. Sifat lilin (wax) sangat berbeda dengan sifat lemak yang berada pada makanan. Bercampurnya lilin ke dalam bahan pangan tentu akan mengubah cita rasanya dan sudah pasti akan mengubah penampilannya. Begitupun adanya isu lilin ini tidak bisa kita abaikan begitu saja karena jika berfikir secara awam
mungkin saja ada beberapa industri pangan yang menggunakan lilin dalam adonan dengan tujuan yang masih sangat dipertanyakan.
Jika Anda mendapati adanya lemak yang mengambang setelah Anda merebus mie instan, itu merupakan lemak hasil penggorengan pada proses pembuatan produk mie instan. (Lihat proses pembuatan mie instan).
Mengenai perlengketan pada usus bocah 6 tahun tersebut, dugaan saya itu adalah invaginasi (usus lipat) yang merupakan kondisi gawat darurat abdomen.
Mie terasa kenyal]
Adanya isu mie menjadi kenyal karena mengandung banyak pengawet tidak bisa serta merta dijadikan pedoman. Untuk membuat mie menjadi kenyal dan tidak hancur dalam pengemasan, harus menelaah proses pembuatan adonan dan cara mengolahnya. Mie harus dibuat dengan menggunakan tepung terigu bergluten tinggi dengan tingkat protein lebih dari 12 % sehingga mie yang dihasilkan elastis dan tidak gampang putus. Setelah itu mie akan diproses dengan cara dikukus, digoreng, lalu didinginkan. Metode ini memungkinkan mie akan lebih tahan lama ketimbang yang tidak melalui proses seperti itu. Jadi, tidak mesti mencampurkan
pengawet karena justru yang sangat dianjurkan adalah bahan pangan yang bebas dari zat pengawet (free preservatives).
0 komentar:
Posting Komentar